Semangat Juang

Baru aja selesai melihat pertandingan bulutangkis memperebutkan piala Sudirman. Di dalam setiap pertandingan seperti ini pasti ada yang menang dan kalah. Sebagai penonton, kita selalu berharap tim yang kita unggulkan akan menang terus. Namun ada kalanya justru kenyataan sebaliknya, tim kesayangan kita malah kalah. Melihat perjuangan tim Indonesia, sebagian besar semangat juangnya patut saya acungi dua jempol. Mereka berjibaku dan bersimbah keringat membela nama bangsa dan negara untuk mengalahkan Jepang (dan kalah dari Denmark). Bagi kita yang menonton pertandingan tersebut (mungkin) akan terbawa emosi dan semangat melihat semangat juang mereka.


Punya semangat juang itu tidak hanya terpaku pada semangat dalam dunia kerja saja, namun dapat pula diimplementasikan di dunia olahraga (contoh yang saya uraikan di atas), keluarga, hingga beribadah. Kemarin saya begitu kagum melihat seorang bapak tua yang penuh semangat menjajakan peralatan rumah tangga di KRL. Terbersit sekilas di pikiran saya, apakah dia bisa menjual barangnya semua hari ini? Saya yakin margin yang didapatinya pasti tidak terlalu besar, namun wajahnya penuh dengan rasa optimis. Hari itu saya merasa malu terhadap diri sendiri apabila datang ke kantor membawa semangat yang tidak penuh lagi (karena kebiasaan buruk bekerja di hari Jumat, pikiran kita sudah ada di liburan akhir pekan atau rencana hang out jumat malam.

Sehari sebelumnya, saya mendapatkan tausyiah tentang bagaimana memperbaiki sifat dan perilaku diri menjadi lebih baik, terus lebih baik dan terus menerus lebih baik dengan semangat juang tinggi untuk memperbaikinya karena hanya niat saja tidaklah cukup. Merubah kebiasaan sholat menjadi di awal waktu dan berjamaah (wajib buat laki-laki), sangat tidak mudah. Namun dengan penuh semangat untuk berbuat lebih baik, insya Allah jalannya pasti ada.

Ayoo.....Mana Semangat Juang-mu?????

NE