Lelaki tua itu terlihat sangat renta dari cara dia berjalan. Langkah mantap yang saya lihat setahun lalu seakan sirna ditelan oleh bumi. Sejak beberapa bulan ini kondisi fisik dia turun drastis. Saya sangat prihatin dengan kondisinya saat ini dan sebisa mungkin saya membantu untuk membuat dia mengatasi kondisinya.
Setahun lalu saya ingat sekali saat mengantarnya ke pengobatan alternatif karena ada keluhan yang dirasakan. Beliau ingin mengurangi ketergantungan dengan obat kimia karena itu dia mendatangi pengobatan alternatif yang memakai herbal. Saya sudah mengingatkan kalau pengobatan dengan herbal itu cocok2an alias belum tentu reaksi seseorang bisa sama dengan orang lain. Namun beliau bertekad bulat untuk mencobanya. Dari penuturan ahli herbal...untuk ukuran umur yang mendekati 70 tahun...kondisi fisik lelaki tersebut bisa dikasih dua jempol. Memang sih sebagai mantan prajurit...beliau memang jarang sakit...mungkin juga karena pembawaannya yang humoris dan banyak menebar senyum
Saat istrinya divonis menderita penyakit yang mematikan dengan sabar lelaki itu mengurus dan mendampinginya hingga ajal menjemput sang istri. Belahan jiwa yang selama ini menemani setia beliau saat penugasan sebagai prajurit dipanggil Sang Khalik. Selama itu pula tidak sedikit moril dan materil yang dihabiskan untuk mengurus istrinya. Semua ikhtiar terbaik dilakukan namun Sang Pencipta menginginkan sang istri kembali kepada Nya.
Tidak terhitung harta yang dikeluarkan namun dia tidak mau berhitung...yang terpenting adalah memberikan ikhtiar terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Satu persatu harta yang dimilikinya mulai habis bahkan rumahnyapun tergadaikan. Namun semangat ikhtiarnya tidak kenal putus, kecintaan terhadap belahan jiwanya membuat beliau ingin memberikan hal yang terbaik di sisa umurnya. Semua sumber daya diupayakan hingga akhirnya kehidupan sehari-hari beliau harus ditopang oleh anak2nya.
Entah kenapa...beberapa bulan belakangan..kondisi fisik beliau menjadi drop. Usut punya usut, ternyata hubungan orang tua dan anaknya terjadi kesalahpahaman sampai harus ada yang terluka perasaan sang orang tua. Saya tidak tahu persis apa yang menjadi akar masalahnya namun yang saya tahu adalah orang tua selalu akan memberi maaf dan memaklumi setiap kesalahan anak-anaknya tapi apabila yang terjadi sebaliknya. Apakah seorang anak dapat seperti berlaku serupa? memaafkan kesalahan orang tuanya??
Ketegaran beliau yang selama ini saya lihat...menjadi kebalikannya. Saya tidak mau berasumsi liar namun apabila orang tua kandung saya masih hidup tentunya saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk membalas semua yang mereka berikan kepada saya selama ini. Orang tua kita (yang normal tentunya) tidak akan pernah berhitung besaran biaya yang dikeluarkan sejak dari bayi hingga menjadi sarjana atau setelah menjadi mandiri. Selama biaya yang dikeluarkan untuk kemajuan sang anak...istilahnya Kepala jadi Kaki, Kaki jadi Kepala bakal dilakonin oleh orang tua.
Sekali lagi...kepada rekans yang orang tua masih hidup...jangan buang waktu sia-sia.
Hibur mereka seperti mereka menghibur kita di waktu kecil.
Bikin mereka bahagia dengan keinginan2nya.
Jaga mereka seperti mereka menjaga kita dari segala gangguan dan ancaman disekitar kita.
Pelihara perasaan mereka jangan sampai terluka seperti mereka memelihara perasaan kita saat ada orang lain mau melukai perasaan kita...
Penyesalan itu datangnya selalu belakangan....Setiap orang tua akan selalu memikirkan anak2nya meskipun kita semua sudah punya anak sekalipun....tapi Apakah kita berlaku sama terhadap orang tua kita??
NE
Setahun lalu saya ingat sekali saat mengantarnya ke pengobatan alternatif karena ada keluhan yang dirasakan. Beliau ingin mengurangi ketergantungan dengan obat kimia karena itu dia mendatangi pengobatan alternatif yang memakai herbal. Saya sudah mengingatkan kalau pengobatan dengan herbal itu cocok2an alias belum tentu reaksi seseorang bisa sama dengan orang lain. Namun beliau bertekad bulat untuk mencobanya. Dari penuturan ahli herbal...untuk ukuran umur yang mendekati 70 tahun...kondisi fisik lelaki tersebut bisa dikasih dua jempol. Memang sih sebagai mantan prajurit...beliau memang jarang sakit...mungkin juga karena pembawaannya yang humoris dan banyak menebar senyum
Saat istrinya divonis menderita penyakit yang mematikan dengan sabar lelaki itu mengurus dan mendampinginya hingga ajal menjemput sang istri. Belahan jiwa yang selama ini menemani setia beliau saat penugasan sebagai prajurit dipanggil Sang Khalik. Selama itu pula tidak sedikit moril dan materil yang dihabiskan untuk mengurus istrinya. Semua ikhtiar terbaik dilakukan namun Sang Pencipta menginginkan sang istri kembali kepada Nya.
Tidak terhitung harta yang dikeluarkan namun dia tidak mau berhitung...yang terpenting adalah memberikan ikhtiar terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Satu persatu harta yang dimilikinya mulai habis bahkan rumahnyapun tergadaikan. Namun semangat ikhtiarnya tidak kenal putus, kecintaan terhadap belahan jiwanya membuat beliau ingin memberikan hal yang terbaik di sisa umurnya. Semua sumber daya diupayakan hingga akhirnya kehidupan sehari-hari beliau harus ditopang oleh anak2nya.
Entah kenapa...beberapa bulan belakangan..kondisi fisik beliau menjadi drop. Usut punya usut, ternyata hubungan orang tua dan anaknya terjadi kesalahpahaman sampai harus ada yang terluka perasaan sang orang tua. Saya tidak tahu persis apa yang menjadi akar masalahnya namun yang saya tahu adalah orang tua selalu akan memberi maaf dan memaklumi setiap kesalahan anak-anaknya tapi apabila yang terjadi sebaliknya. Apakah seorang anak dapat seperti berlaku serupa? memaafkan kesalahan orang tuanya??
Ketegaran beliau yang selama ini saya lihat...menjadi kebalikannya. Saya tidak mau berasumsi liar namun apabila orang tua kandung saya masih hidup tentunya saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk membalas semua yang mereka berikan kepada saya selama ini. Orang tua kita (yang normal tentunya) tidak akan pernah berhitung besaran biaya yang dikeluarkan sejak dari bayi hingga menjadi sarjana atau setelah menjadi mandiri. Selama biaya yang dikeluarkan untuk kemajuan sang anak...istilahnya Kepala jadi Kaki, Kaki jadi Kepala bakal dilakonin oleh orang tua.
Sekali lagi...kepada rekans yang orang tua masih hidup...jangan buang waktu sia-sia.
Hibur mereka seperti mereka menghibur kita di waktu kecil.
Bikin mereka bahagia dengan keinginan2nya.
Jaga mereka seperti mereka menjaga kita dari segala gangguan dan ancaman disekitar kita.
Pelihara perasaan mereka jangan sampai terluka seperti mereka memelihara perasaan kita saat ada orang lain mau melukai perasaan kita...
Penyesalan itu datangnya selalu belakangan....Setiap orang tua akan selalu memikirkan anak2nya meskipun kita semua sudah punya anak sekalipun....tapi Apakah kita berlaku sama terhadap orang tua kita??
NE
10 comments:
Hiks. Maturnuwun Pak. Pagi ini saya belum menelpon Ibuk. T.T
ayo jangan lupa bro dani....semenit pembicaraan lewat telponpun sangat berarti buat ibunda. Tiada yang bisa melenyapkan kecemasan beliau kecuali mendengar suara bro dani secara langsung....
hehehe iyaa ya mas
dulu waktu masih ada mamak, blom tau rasa kehilangan jadi gimana gitu deh ... yg enak jadinya bapa, karena anak2nya jadi berubah sikap. klo udah begini, pengen bisa muter waktu, ke jaman mamak masih hidup, tapi gak mungkin kan :O
Benar sekali Mas
Orangtua yang melahirkan,mengasuh,mengasihi dan mengasah kita tak kenal lelah dengan penuh cinta dan kasih sayang. Selayaknya kita menghormati, merawat, mencintai dan berbakti kepadanya.
Sedih mendengar anak yang durhaka. Juga sedih mendengar ada orangtua yang tega menyakiti atau bahkan membunuh anaknya.
Terima kasih artikelnya yang mencerahkan.
Salam hangat dari Surabaya
Ya ...
Orang Tua (yang benar) tidak akan pernah berhitung-hitung mengenai dana - jasa - keringat yang telah mereka curahkan untuk anak-anaknya ...
Dan oleh sebab itulah ... jangan sampai kita berhitung-hitung dalam membahagiakan orang tua ...
Terima kasih Pak Neck ... Tulisan ini bisa jadi pengingat untuk kita semua
Salam saya
(17/3 : 11)
wah lagi ada mamaku disini nih paj
ayolah Nique...mumpung bapa masih ada manfaatkan waktu untuk bisa menyapa beliau ditengah kesibukan kita sehari-hari. Pasti beliau senang lah diperhatikan secara khusus oleh anak2nya
pakde...rasanya mau memutar waktu lagi untuk menghibur orang tua nih jadinya...sedih banget pakde kalau ada anak yg tidak memanfaatkan utk bercengkrama dengan orang tuanya
om enha...saya ingat tulisan ttg kebanggaan ayahanda terhadap om sehingga saya membayangkan seandainya saya bisa merasakan hal itu (bikin saya iri....hiks hiks hiks)... bikin orang tua bangga dgn cara kita sungguh sangat menghibur batin dan perasaan mereka
mbak lidya....senengnya orang tua sedang dideket kita yah??
Post a Comment