Terinspirasi dari cerita ibu dokter gigi disini tentang pengalaman waktu muda dahulu, saya mau cerita tentang pengalaman naik gunung pertama kali bareng sama teman2 SMA beberapa tahun yang silam (tepatnya puluhan tahun kali yah??...hehehehe).
Entah siapa yang memiliki ide untuk naik gunung Salak di Bogor/Sukabumi saya tidak ingat tapi yang masih tersimpan di memori dengan rapih adalah kami berangkat sekitar 12 orang. Berangkatnya ngumpul di sekolahan, naik bis ke Bogor, turun di baranang siang lanjut lagi dengan nyarter angkot menuju gunung Salak. Asal tahu aja yah, bagi saya naik gunung Salak ini merupakan pengalaman pertama naik gunung. Soalnya kalau minta izin sama ortu, sangat sulit mendapat exit permitnya. Pokoknya ada aja alasan untuk menggagalkan keberangkatan. Nah karena itu, akhirnya saya minta izin sesaat mau meninggalkan rumah. taktik ini ternyata berhasil mendapatkan izin tapi dengan catatan keberatan banget waktu memberi izinnya. Nanti begini, nanti begitulah alasannya. Sayapun menyarankan untuk jangan berpikiran negatif, yang terpenting doain sampai di rumah kembali dengan selamat.....*hehehehe...*
Sebagai pendatang baru di dunia daki gunung, tentu saja saya tidak paham apa saja yang mesti dibawa sebagai persiapannya. Ransel plus pakaian ganti dan botol minum aja yang saya bawa kala itu. Dibilang nekad, tapi belum mengerti. Dibilang kurang persiapan juga belum tahu apa-apa. Untungnya sebagian dari teman-teman sudah lebih berpengalaman, jadinya perlengkapan mereka jauh lebih lengkap.
Kembali ke cerita perjalanan menuju puncak Salak. Setelah kami semua turun dari angkot, dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pos pertama untuk bersiap ke tempat yang lebih tinggi lagi. Udah cape berjalan menuju pos pertama, eh ternyata disana ada yg jualan bakso dan ada mobil pick up yang bawa barang2 keperluan di pos tersebut.....Tahu begitu ngapain juga jalan kaki dari tempat angkot ke pos kata rekan2 lainnya....:-) minimal kita bisa hemat tenaga buat mendaki gunungnya.
Berangkat dari pos setelah kita makan malam dan memperhitungkan waktu perjalanan agar dapat sampai di puncak sebelum matahari terbit. Mulailah perjalanan dengan formasi teman2 yang lebih pengalaman di depan, beriringan seperti orang berbaris. Sepanjang perjalanan kita2 tertawa dan tertawa apalagi barisan belakang (yg minim pengalaman). Sementara itu, saat kami berjalan menuju puncak, kamipun mendengar kumandang suara takbir. Saya baru ingat, malam itu merupakan malam takbiran lebaran idul adha......lantas saya jadi berpikir dalam hati koq bisa yah, lebaran-lebaran malah naik gunung??
Waktu demi waktu berlalu, kami yang di belakang jadi makin bingung tatkala harus berbalik arah kembali (turun). Tapi karena ngga ngerti...ya nurut aja deh. Muter2 ga karuan akhirnya kami semua berjalan turun karena ternyata yang kami daki adalah salak 2, sedangkan niat kami adalah ke puncak salak 1. Sementara itu langit makin terang, namun puncak salak 1 belum kami temui juga. Kami sudah menjadi 3 kelompok karena ada yang sudah kelelahan, tapi ada juga yang masih semangat mendaki ke puncak salak 1.
Menjelang tengah hari tanpa dikomando lagi akhirnya kami berkumpul kembali di pos dengan tingkat kelelahan yang sangat tinggi dan lapar karena tidak ada yang membawa persediaan makanan cukup banyak (malah saya ga bawa sama sekali). Sambil melepas lelah setelah mengisi perut, kamipun bertukar cerita dari saat mutar2 cari jalan hingga menjadi berkelompok-kelompok di pagi harinya.
Ternyata saat kami memutar rute, rekan2 yang di depan sudah hampir masuk jurang. Beruntung masih ada batang pohon yg melintang sehingga rekan2 masih bisa pegangan. Barisan belakang lain lagi ceritanya, karena saat berbelok kembali dari rute memutar seperti melihat ada penampakan orang yang sedang duduk-duduk tapi mukanya seperti rata.....hehehehe. Akhirnya kami menyadari bahwa sepanjang perjalanan itu, mulut kami terlalu banyak bicara yang pantang dilakukan oleh seorang pendaki (entah mitos atau bukan.... namun kami tetap menghormatinya sebagai salah satu kesalahan). Bukan itu saja, ada beberapa rekan yang tidak izin sama sekali kepada orang tuanya untuk naik gunung. Kalau saja semua ga ada yang pamit, mungkin ceritanya akan lain lagi deh,
Apabila kita mau bepergian sebaiknya kita harus izin sama orang tua, minta restu dari mereka, mohon doa agar kita selamat selama dalam perjalanan agar kita kembali ke rumah dalam keadaan sehat dan bugar. Persiapkan juga peralatan dan perankat yang sesuai dengan tujuan kita. Dan yang paling penting adalah saatnya beribadah ya harus beribadah ....bukannya naik gunung.......
Tulisan ini aku ikutkan di acara Mbak Ketty Husnia, bertema
"Bingkisan Dari Kami"
NE
Entah siapa yang memiliki ide untuk naik gunung Salak di Bogor/Sukabumi saya tidak ingat tapi yang masih tersimpan di memori dengan rapih adalah kami berangkat sekitar 12 orang. Berangkatnya ngumpul di sekolahan, naik bis ke Bogor, turun di baranang siang lanjut lagi dengan nyarter angkot menuju gunung Salak. Asal tahu aja yah, bagi saya naik gunung Salak ini merupakan pengalaman pertama naik gunung. Soalnya kalau minta izin sama ortu, sangat sulit mendapat exit permitnya. Pokoknya ada aja alasan untuk menggagalkan keberangkatan. Nah karena itu, akhirnya saya minta izin sesaat mau meninggalkan rumah. taktik ini ternyata berhasil mendapatkan izin tapi dengan catatan keberatan banget waktu memberi izinnya. Nanti begini, nanti begitulah alasannya. Sayapun menyarankan untuk jangan berpikiran negatif, yang terpenting doain sampai di rumah kembali dengan selamat.....*hehehehe...*
Sebagai pendatang baru di dunia daki gunung, tentu saja saya tidak paham apa saja yang mesti dibawa sebagai persiapannya. Ransel plus pakaian ganti dan botol minum aja yang saya bawa kala itu. Dibilang nekad, tapi belum mengerti. Dibilang kurang persiapan juga belum tahu apa-apa. Untungnya sebagian dari teman-teman sudah lebih berpengalaman, jadinya perlengkapan mereka jauh lebih lengkap.
Kembali ke cerita perjalanan menuju puncak Salak. Setelah kami semua turun dari angkot, dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pos pertama untuk bersiap ke tempat yang lebih tinggi lagi. Udah cape berjalan menuju pos pertama, eh ternyata disana ada yg jualan bakso dan ada mobil pick up yang bawa barang2 keperluan di pos tersebut.....Tahu begitu ngapain juga jalan kaki dari tempat angkot ke pos kata rekan2 lainnya....:-) minimal kita bisa hemat tenaga buat mendaki gunungnya.
Berangkat dari pos setelah kita makan malam dan memperhitungkan waktu perjalanan agar dapat sampai di puncak sebelum matahari terbit. Mulailah perjalanan dengan formasi teman2 yang lebih pengalaman di depan, beriringan seperti orang berbaris. Sepanjang perjalanan kita2 tertawa dan tertawa apalagi barisan belakang (yg minim pengalaman). Sementara itu, saat kami berjalan menuju puncak, kamipun mendengar kumandang suara takbir. Saya baru ingat, malam itu merupakan malam takbiran lebaran idul adha......lantas saya jadi berpikir dalam hati koq bisa yah, lebaran-lebaran malah naik gunung??
Waktu demi waktu berlalu, kami yang di belakang jadi makin bingung tatkala harus berbalik arah kembali (turun). Tapi karena ngga ngerti...ya nurut aja deh. Muter2 ga karuan akhirnya kami semua berjalan turun karena ternyata yang kami daki adalah salak 2, sedangkan niat kami adalah ke puncak salak 1. Sementara itu langit makin terang, namun puncak salak 1 belum kami temui juga. Kami sudah menjadi 3 kelompok karena ada yang sudah kelelahan, tapi ada juga yang masih semangat mendaki ke puncak salak 1.
Menjelang tengah hari tanpa dikomando lagi akhirnya kami berkumpul kembali di pos dengan tingkat kelelahan yang sangat tinggi dan lapar karena tidak ada yang membawa persediaan makanan cukup banyak (malah saya ga bawa sama sekali). Sambil melepas lelah setelah mengisi perut, kamipun bertukar cerita dari saat mutar2 cari jalan hingga menjadi berkelompok-kelompok di pagi harinya.
Ternyata saat kami memutar rute, rekan2 yang di depan sudah hampir masuk jurang. Beruntung masih ada batang pohon yg melintang sehingga rekan2 masih bisa pegangan. Barisan belakang lain lagi ceritanya, karena saat berbelok kembali dari rute memutar seperti melihat ada penampakan orang yang sedang duduk-duduk tapi mukanya seperti rata.....hehehehe. Akhirnya kami menyadari bahwa sepanjang perjalanan itu, mulut kami terlalu banyak bicara yang pantang dilakukan oleh seorang pendaki (entah mitos atau bukan.... namun kami tetap menghormatinya sebagai salah satu kesalahan). Bukan itu saja, ada beberapa rekan yang tidak izin sama sekali kepada orang tuanya untuk naik gunung. Kalau saja semua ga ada yang pamit, mungkin ceritanya akan lain lagi deh,
Apabila kita mau bepergian sebaiknya kita harus izin sama orang tua, minta restu dari mereka, mohon doa agar kita selamat selama dalam perjalanan agar kita kembali ke rumah dalam keadaan sehat dan bugar. Persiapkan juga peralatan dan perankat yang sesuai dengan tujuan kita. Dan yang paling penting adalah saatnya beribadah ya harus beribadah ....bukannya naik gunung.......
Tulisan ini aku ikutkan di acara Mbak Ketty Husnia, bertema
"Bingkisan Dari Kami"
NE
44 comments:
heee aku juga baru kemarin pertama kali naik gunung, gg bilang sama ortu bilangnya pas udah nyampe bawah lagi :P
aku juga gg bawa apa2 pas dipuncak malah comot sana-sini aja. tapi agak ketagihan gitu sih naik gunung hhehhe
waahhhh... :eek:
aku ga pernah coba naik gunung karena selalu dilarang orang tua.. meski penasaran juga pengen punya pengalaman. apa diem2 aja juga yah? hihihi..
*blogwalking karena baru di WP.. :D
bole mampir2 , klo suguhin teh aja ada kok hihihi ^^
saya sekali2nya naik gunung pas ke bromo. tapi udah ada tangganya. walaupun gitu, tetep aja cape ya. hahaha.
Waduh Pak kok bisa2nya gak nyadar lg malam Idul Adha... Hehehe...
Ijin orangtua itu ternyata mutlak ya Pak.. Kemanapun.. Apalagi naik gunung... Wah wah...
Jadi gagal liat matahari terbit ya...? Pasti gak ikut sholat Ied pula.. Hehehe..
Sukses kontesnya Pak Necky... ^_^
Waahh aku sama sekali gak pernah naek gunung.. soalnya.di kalbar gak ada gunung seh.. jadi mrndaki bukan kegiatan biasa disini.. bahkan anak mapala dikampus.aku.belum tentu semuanya pernah naek gunung karena biayanya yg lumayan mahal.. hehehe
Saya suka pegunungan! Saya suka gunung daripada pantai! :D
wah, jadi inget juga masa remaja dulu pak. Setiap idul adha bareng teman-teman pasti ngadain hiking, nginep2 di hutan gitu.. aahh indahnya...
sampai udah punya anak kayak sekarang, kemana2 tetep aja ijin ortu, soalnya tetep aja di khawatirin kalo gak bilang.
Saya ke gunung lewat hutan cuma sekali pak, itupun bareng sama guru sekolah.
tiara...lain kali kalau naik gunung bawa makanan sendiri yah.....hahahaha...
missdestiana...gimana kalau ajakin ortunya sekalian biar win win solution....hehehehe
arman...kalau bromo mah bukan naik gunung tapi hiking.....tapi capenya sih emang sama lho
thia...gimana mau sholat, wong saat itu masih tersesat di gunung...saat itu saya tuh merasa dosa banget ga sholat.....
niee...kalau di sana mapalanya ngapain donk??
Kunjungan silaturahmi malam sahabat di Sentilan...
Semoga kita bisa mengambil manfaat dari cerita di atas sahabat.
Terima aksih telah berbagi ceritanya
terima kasih atas partisipasinya ya,..
salam kenal dan selamat bermalam minggu..:)
bunda ngalami nyasar gituh , waktu di gunung Gede, hiking bareng temen2 sekolah, nyasar di hamparan padang bunga edelweis.
gak tau mitos apa gak, tapi yg menemukan kami ber 4 sih bilang, krn gak assalamu'alikum, mmng kita ketawa2 melulu sih waktu itu ....... namanya juga anak2....hahahaha....
semoga sukses dikontes ini ya Necky
sala.
asop....ga suka pantai karena takut hitam yah??? :-)
mabruri....emang sekarang ga pernah hiking lagi pak??
dey...bukannya kalau sekarang izinnya bukan ke ortu lagi???
webmdmk...terima kasih atas kunjungan di malam hari...sayangnya dibalasnya pagi2...:-)
mbak ketty...terima kasih atas kunjungannya...
bunda...memang sih kalau kita menyatu dengan alam sudah seharusnya kita berperilaku mengikuti rekan2 yang sudah 'menyatu' dengan alam. Sedangkan kita yang ga biasa hidup di 'alam' jadi ga ngerti aturan2nya deh....namanya juga menyambangi tempat baru....khan ga ngerti khan??
i pernah berlagak mendaki gunung Singgalang, tapi cuman setengah jalan.. gempor.. istirahat, lalu pulang.. wkwkk
**ternyata kasur di rumah tetap adalah tempat yang paling indah dan nyaman.
Kalo saya naik bukit udah pernah...gunung belum nyoba pingin juga tapi kawan-kawan udah misah semua.
bunda lj....memang benar saya juga setuju kasur di kamar memang tempat yang paling nyaman.....:-)
riez...cari teman baru donk...buat naik gunungnya
pengalaman naik gunung pertama dulu waktu masih kuliah, ke gunung merbabu, itupun pakai acara kesasar dan pulangnya pakai masuk angin segala hehehe...
mas sukadi....alhamdulillah masih bisa pulang sampai rumah ya mas?...:-)
Kapan ya saya naik gunung untuk pertama kalinya? Eh, sudahkah? ^_^
Enjoy aja lagi hehehehe ... mantep, Mas!
dulu kalo aku mo naek gunung, pasti ortu pesen macem2. baca doa, shalawat, ayat kursi, jangan ketawa kenceng2, ga boleh nglamun, dsb dsb..
hehehe tapi seru juga naek gunung, en ga pernah tuh ga ijin.. takut kenapa2 :)
bang aswi...hayo kapan terakhir naik gunungnya??
nia angga...itu yang bener. Waktu itu bukannya baca2an eh malah ketawa-ketawa dan bercanda terus makanya ga nyampe di puncaknya deh...hehehe
Fotonya kurang gede Bang, dan Bang Necky muda itu yang mana ya? Hehehe...
Semoga sukses di kontes, Bang. Amin, insha Allah.
Huwaaa...kisah kita mirip lho mas, pernah aku tulis waktu jadi penulis tamunya Pakdhe : http://abdulcholik.com/2011/03/14/pendakian-tak-terlupakan/
abi...kalau fotonya lebih gede mah sama aja majang foto doank....hehehe. *saya yg pake ikat kepala*
wah seru tw kayanya,,, :)
asyik banget tw,
orin...setelah menjelajah ke hyper link di atas ternyata malah lebih horor ceritanya nih. Alhamdulillah ternyata izin dan restu orang tua itu sangat penting...ting...
wah.. sampai hampir masuk jurang ya, pak? ngeri bgt kalo ke gunung ga ada persiapan sama sekali...
yang paling ngangenin kalo naik gunung bisa melihat pemandangan dari puncak, trus menghirup wangi edelweis.. hehe. ^^
sukses ngontesnya :D
Ila...yang namanya ga pernah punya pengalaman hanya mengandalkan teman2 yg sering naik gunung aja. Bener banget rasa cape langsung hilang ketika sudah mencapai puncaknya
belum pernah naik gunung pak.. #mupeng :(
dhenok....cobain donk naik gunung...kalau udh sampai di puncak gunungnya bikin mau naik dan naik lagi deh.....
Yang paling indah adalah saat kita berhasil mencapai puncak gunung, indah sekali, semua rasa capek tiba2 hilang dan ada kepuasan tersendiri didalam hati, dan yg lebih penting kita sadar bahwa kita itu sangat2 kecil di dunia ini, membuat kita semakin kagum atas kekuasaan Allah SWT.
Salam kenal ya dari kami Elearning UMY
salam kenal balik e learning UMY
Post a Comment