Judul artikel ini sangat mirip alias sama dengan tema pada acara Mata Najwa edisi 12 Maret 2014 di Metro TV. Sebenarnya saya tidak nonton waktu acara ini ditayangkan namun beberapa teman membahas acara ini secara menggebu-gebu.
Untuk episode kali ini, Mata Najwa menampilkan tiga sosok kepala daerah yakni Bupati Bojonegoro, Bupati Bantaeng, dan Walikota Bandung. Tiga orang luar biasa ini merupakan sosok pemimpin yang sangat langka di negeri tercinta. Mungkin saja banyak pemimpin seperti ini di Indonesia namun tidak banyak yang terendus oleh media. Nah mudah2an tayangan Mata Najwa bisa membuka mata acara lain di TV menampilkan sosok-sosok luar biasa.
Bapak Suyoto saat ini menjabat untuk yang kedua kalinya sebagai Bupati Bojonegoro. Beliau berhasil membawa kebaikan di kabupaten ini dengan meningkatkan perndapatan perkapita tiap penduduk dan menjadikan kabupaten ini menjadi daerah yang surplus.Berlatar belakang akademisi, beliau sangat peduli untuk memajukan masyarakat Bojonegoro. Meskipun berasal dari akademisi sebagai Rektor, beliau juga merupakan salah seorang kader partai yang bagus dan berkualitas. Beruntunglah partainya memiliki kader seperti beliau ini.
Orang kedua yang diwawancara oleh Najwa pada malam itu adalah Bupati Bantaeng yakni Bpk. Nurdin Abdullah. Menurut pengakuannya, beliau sama sekali tidak pernah bermimpi sebagai seorang bupati. Selain memiliki pendidikan tinggi (hingga S3 di Jepang), Pak Nurdin ini tercatat sebagai CEO beberapa perusahaan yang dibentuk patungan dengan Jepang. Bahkan keluarganya tidak setuju kalau beliau ini mencalonkan diri sebagai bupati karena terlalu banyak kepala daerah yang tersangkut kasus hukum. Hati beliau luluh saat beberapa ulama mendatanginya dan minta untuk kesediaan dicalonkan. Salah satu prestasinya adalah berhasil mencegah kekeringan di waktu kemarau dan kebanjiran di waktu musim penghujan dengan membuat bendungan. Bahkan dengan bendungan itu berhasil meningkatkan produksi hasil bumi daerahnya pengelolaan air yang baik. Dengan PAD yang rendah, bupati ini manfaatkan koneksi 'Jepang' nya untuk mendapatkan kendaraan ambulance untuk pelayanan kesehatan.
Baik Pak Suyoto dan Pak Nurdin oleh sebuah LSM dinilai memiliki modal sebagai calon Presiden karena berhasil membangun daerahnya. Namun jawaban keduanya tidak sama. Pak Suyoto sebagai seorang politisi menjawab dengan gamblang kesediannya apabila memang itu merupakan keinginan rakyat, maka dia siap dicalonkan. Sedangkan Pak Nurdin merendah kalau dia hanyalah seorang anak kampung dan berusaha realistis saja. Jauh banget untuk bermimpi menjadi seorang presiden. Bagi beliau, mendingan bermimpi menjadi Gubernur Sulawesi Selatan sajalah untuk yang paling dekat.
Untuk orang terakhir yang diundang oleh Najwa adalah Bapak Ridwan Kamil atau biasa dipanggil Ksng Emil. Sebagai seorang walikota yang baru diangkat 4 bulan beliau berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh. Yang menarik dari pernyataan beliau adalah: "Saat kita bekerja dan diliput oleh Media disebut orang-orang itu merupakan Pencintraan. Sebaliknya apabila kita bekerja tanpa ada liputan media orang menyangka bahwa kita tidak bekerja." Beliau rela meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai Arsitek yang sudah banyak menyandang penghargaan dan uang banyak untuk mengabdikan waktunya mengurus warga kota Bandung. Baginya hal yang terberat dalam menata kota Bandung adalah mengubah cara berpikir dan kebiasaan kurang baik yang saat ini masih ada di warga Bandung. Sama seperti Pak Nurdin, Kang Emil melakukan roadshow ke Belanda untuk mendapatkan bantuan dana hibah (dana CSR perusahaan besar) untuk melakukan perubahan di Bandung dengan cepat. Sama seperti warga di kota lain, warga Bandung juga kurang sabar dalam perubahan yang diusung Kang Emil. Semoga Kang Emil tetap amanah dan tiada hari tanpa kerja yang tersia-sia.
Well....mudah-mudahan kita bisa mendapat inspirasi yang besar dari orang2 diatas diatas. Kerja keras mereka semoga mendapat hasil yang sesuai dengan harapan yang diinginkan...
NE
Untuk episode kali ini, Mata Najwa menampilkan tiga sosok kepala daerah yakni Bupati Bojonegoro, Bupati Bantaeng, dan Walikota Bandung. Tiga orang luar biasa ini merupakan sosok pemimpin yang sangat langka di negeri tercinta. Mungkin saja banyak pemimpin seperti ini di Indonesia namun tidak banyak yang terendus oleh media. Nah mudah2an tayangan Mata Najwa bisa membuka mata acara lain di TV menampilkan sosok-sosok luar biasa.
Bapak Suyoto saat ini menjabat untuk yang kedua kalinya sebagai Bupati Bojonegoro. Beliau berhasil membawa kebaikan di kabupaten ini dengan meningkatkan perndapatan perkapita tiap penduduk dan menjadikan kabupaten ini menjadi daerah yang surplus.Berlatar belakang akademisi, beliau sangat peduli untuk memajukan masyarakat Bojonegoro. Meskipun berasal dari akademisi sebagai Rektor, beliau juga merupakan salah seorang kader partai yang bagus dan berkualitas. Beruntunglah partainya memiliki kader seperti beliau ini.
Orang kedua yang diwawancara oleh Najwa pada malam itu adalah Bupati Bantaeng yakni Bpk. Nurdin Abdullah. Menurut pengakuannya, beliau sama sekali tidak pernah bermimpi sebagai seorang bupati. Selain memiliki pendidikan tinggi (hingga S3 di Jepang), Pak Nurdin ini tercatat sebagai CEO beberapa perusahaan yang dibentuk patungan dengan Jepang. Bahkan keluarganya tidak setuju kalau beliau ini mencalonkan diri sebagai bupati karena terlalu banyak kepala daerah yang tersangkut kasus hukum. Hati beliau luluh saat beberapa ulama mendatanginya dan minta untuk kesediaan dicalonkan. Salah satu prestasinya adalah berhasil mencegah kekeringan di waktu kemarau dan kebanjiran di waktu musim penghujan dengan membuat bendungan. Bahkan dengan bendungan itu berhasil meningkatkan produksi hasil bumi daerahnya pengelolaan air yang baik. Dengan PAD yang rendah, bupati ini manfaatkan koneksi 'Jepang' nya untuk mendapatkan kendaraan ambulance untuk pelayanan kesehatan.
Baik Pak Suyoto dan Pak Nurdin oleh sebuah LSM dinilai memiliki modal sebagai calon Presiden karena berhasil membangun daerahnya. Namun jawaban keduanya tidak sama. Pak Suyoto sebagai seorang politisi menjawab dengan gamblang kesediannya apabila memang itu merupakan keinginan rakyat, maka dia siap dicalonkan. Sedangkan Pak Nurdin merendah kalau dia hanyalah seorang anak kampung dan berusaha realistis saja. Jauh banget untuk bermimpi menjadi seorang presiden. Bagi beliau, mendingan bermimpi menjadi Gubernur Sulawesi Selatan sajalah untuk yang paling dekat.
Untuk orang terakhir yang diundang oleh Najwa adalah Bapak Ridwan Kamil atau biasa dipanggil Ksng Emil. Sebagai seorang walikota yang baru diangkat 4 bulan beliau berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh. Yang menarik dari pernyataan beliau adalah: "Saat kita bekerja dan diliput oleh Media disebut orang-orang itu merupakan Pencintraan. Sebaliknya apabila kita bekerja tanpa ada liputan media orang menyangka bahwa kita tidak bekerja." Beliau rela meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai Arsitek yang sudah banyak menyandang penghargaan dan uang banyak untuk mengabdikan waktunya mengurus warga kota Bandung. Baginya hal yang terberat dalam menata kota Bandung adalah mengubah cara berpikir dan kebiasaan kurang baik yang saat ini masih ada di warga Bandung. Sama seperti Pak Nurdin, Kang Emil melakukan roadshow ke Belanda untuk mendapatkan bantuan dana hibah (dana CSR perusahaan besar) untuk melakukan perubahan di Bandung dengan cepat. Sama seperti warga di kota lain, warga Bandung juga kurang sabar dalam perubahan yang diusung Kang Emil. Semoga Kang Emil tetap amanah dan tiada hari tanpa kerja yang tersia-sia.
Well....mudah-mudahan kita bisa mendapat inspirasi yang besar dari orang2 diatas diatas. Kerja keras mereka semoga mendapat hasil yang sesuai dengan harapan yang diinginkan...
NE
4 comments:
terimakasih Pak Neck informasinya. Saya yang jarang nonton tv jadi dapet informasinya.. :)
kalau info yang menarik seperti kudu kita sebarkan om...biar lebih banyak contoh2 tokoh yang menginspirasi kita. Cheers
Smoga akan lebih banyak pemimpin spt mereka..aamiin
terima kasih bro anton sudah berkunjung...semoga harapan kita bisa menjadi kenyataan
Post a Comment