Bulan lalu, saya sudah pernah menulis tentang komunitas pengguna kereta api yang tergabung dalam KRL Mania. Baru tadi siang ada ungkapan yang sama sekali tidak layak dilontarkan terkait dengan rencana kenaikan tiket sebesar Rp2000,- pada bulan Oktober nanti berikut kutipan yang saya ambil dari detikcom,
Direktur Pemasaran PT KAI Sulistyo Limbo menyarankan penumpang commuter line yang menolak kenaikan tarif agar tidak naik kereta. Sebab ada harga ada rupa.
"Kita akan perbaiki terus (AC dan jadwal kereta). Boleh kalau dia bayarnya lebih, ini KRL Mania-nya minta fasilitas. Nah dia bayarnya berapa, ada uang ada harga. Kalau nggak setuju jangan naik kereta. Karena kita masih butuh perbaikan," ujar Sulistyo.
Meskipun beliau membuat pernyataan dalam suasana non formal di sela2 acara seminar yang diadakan LIPI, namun saya sangat-sangat menyesal membaca pernyataannya yang dikutip oleh media. Ucapan itu benar2 menyakitkan para pengguna KRL yang menurut kicauan2 di twitter adalah mereka2 yang membantu pemerintah untuk mengurangi beban APBN dengan menggunakan transportasi umum tapi malahan diperlakukan sebaliknya. Malah ada tambahan komentar bahwa komunitas KRL Mania meminta fasilitas....!?!?!
Sebagai pembeli jasa apakah layak meminta jasa yang wajar kepada penjual jasa????
Beberapa waktu sebelumnya sang Dirut juga telah melontarkan pernyataan yang tidak kalah menyakitkan seperti:
Sebelumnya Ignasius Jonan mengatakan, masalah yang masih dihadapi PT KAI antara lain subsidi (PSO) yang tidak mencukupi untuk kereta ekonomi dan tarif kereta kelas ekonomi tak berubah sejak 2002 lalu. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat layanan dan sarana menjadi rendah, termasuk layanan kereta komuter Jabodetabek bertarif Rp 7.000.
"Ada harga ada rupa, tarif Rp 7.000 AC mati wajar," katanya di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (21/6/2012).
Mungkin ratusan bahkan ribuan pengguna kereta sudah berkicau memaki kedua pejabat tersebut. Malah ada yang menyarankan dan menantang kedua pejabat tersebut berbicara seperti itu di stasiun dengan menggunakan toa (pengeras suara). Padahal sewaktu pengaturan sistem Loopline, ada beberapa pejabat KAI dikejar-kejar penumpang di stasiun Manggarai. Beruntung tidak sampai terjadi amuk massa pada saat itu.
Beberapa kali saya mencoba memahami seandainya saya berada di posisi mereka. Pemerintah seakan lepas tangan dan tidak pro kepada transportasi massal seperti ini. Namun di luar dugaan, sang dirut menyatakan tidak memerlukan bantuan pemerintah ataupun APBN dalam mengelola kereta api. Di lain pihak, beliau meminta kepada pengguna kereta khususnya KRLagar memahami kenaikan tiket untuk mengelola stasiun, gerbong dsb, dan akan merealisasikan pada tahun 2018 dapat memiliki layanan transportasi yang nyaman dan layak.
Logika berpikir yang inovatif, karena belum pernah sebelumnya untuk membangun pelayanan publik kemudian meminta uang dari pengguna layanan publik tersebut. Lantas kemana uang pajak yang dipotong oleh pemerintah saat mereka gajian atau pembelian barang???
Ya sudahlah...makin memikirkan negara ini makin stress aja. Siap2 aja untuk menggunakan subsidi alias menggunakan motor atau menjadi biker karena memang itulah solusi yang paling masuk akal di kondisi seperti ini....yah...koq isinya jadi curhat ya???...
NYE
.
Direktur Pemasaran PT KAI Sulistyo Limbo menyarankan penumpang commuter line yang menolak kenaikan tarif agar tidak naik kereta. Sebab ada harga ada rupa.
"Kita akan perbaiki terus (AC dan jadwal kereta). Boleh kalau dia bayarnya lebih, ini KRL Mania-nya minta fasilitas. Nah dia bayarnya berapa, ada uang ada harga. Kalau nggak setuju jangan naik kereta. Karena kita masih butuh perbaikan," ujar Sulistyo.
Meskipun beliau membuat pernyataan dalam suasana non formal di sela2 acara seminar yang diadakan LIPI, namun saya sangat-sangat menyesal membaca pernyataannya yang dikutip oleh media. Ucapan itu benar2 menyakitkan para pengguna KRL yang menurut kicauan2 di twitter adalah mereka2 yang membantu pemerintah untuk mengurangi beban APBN dengan menggunakan transportasi umum tapi malahan diperlakukan sebaliknya. Malah ada tambahan komentar bahwa komunitas KRL Mania meminta fasilitas....!?!?!
Sebagai pembeli jasa apakah layak meminta jasa yang wajar kepada penjual jasa????
Beberapa waktu sebelumnya sang Dirut juga telah melontarkan pernyataan yang tidak kalah menyakitkan seperti:
Sebelumnya Ignasius Jonan mengatakan, masalah yang masih dihadapi PT KAI antara lain subsidi (PSO) yang tidak mencukupi untuk kereta ekonomi dan tarif kereta kelas ekonomi tak berubah sejak 2002 lalu. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat layanan dan sarana menjadi rendah, termasuk layanan kereta komuter Jabodetabek bertarif Rp 7.000.
"Ada harga ada rupa, tarif Rp 7.000 AC mati wajar," katanya di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (21/6/2012).
Mungkin ratusan bahkan ribuan pengguna kereta sudah berkicau memaki kedua pejabat tersebut. Malah ada yang menyarankan dan menantang kedua pejabat tersebut berbicara seperti itu di stasiun dengan menggunakan toa (pengeras suara). Padahal sewaktu pengaturan sistem Loopline, ada beberapa pejabat KAI dikejar-kejar penumpang di stasiun Manggarai. Beruntung tidak sampai terjadi amuk massa pada saat itu.
Beberapa kali saya mencoba memahami seandainya saya berada di posisi mereka. Pemerintah seakan lepas tangan dan tidak pro kepada transportasi massal seperti ini. Namun di luar dugaan, sang dirut menyatakan tidak memerlukan bantuan pemerintah ataupun APBN dalam mengelola kereta api. Di lain pihak, beliau meminta kepada pengguna kereta khususnya KRLagar memahami kenaikan tiket untuk mengelola stasiun, gerbong dsb, dan akan merealisasikan pada tahun 2018 dapat memiliki layanan transportasi yang nyaman dan layak.
Logika berpikir yang inovatif, karena belum pernah sebelumnya untuk membangun pelayanan publik kemudian meminta uang dari pengguna layanan publik tersebut. Lantas kemana uang pajak yang dipotong oleh pemerintah saat mereka gajian atau pembelian barang???
Ya sudahlah...makin memikirkan negara ini makin stress aja. Siap2 aja untuk menggunakan subsidi alias menggunakan motor atau menjadi biker karena memang itulah solusi yang paling masuk akal di kondisi seperti ini....yah...koq isinya jadi curhat ya???...
NYE
.
11 comments:
masa ac mati wajar, ada2aja ya
Wah,, ini rupanya yang membuat orang jakarta dilanda kestresan. Mdh2an Jakarta bisa sebaik ibu kota negara tetangga ya pak.. :D
Wah,, ini rupanya yang membuat orang jakarta dilanda kestresan. Mdh2an Jakarta bisa sebaik ibu kota negara tetangga ya pak.. :D
Ayoo Bang aku mendukung jadi Biker ajah..
Lebih cepaat pulaa..
*bisa naik motor kan ?? hihiih//
aku sebetulnya TIDAK mendukung untuk menjadi biker, karena Jkt sudah terlalu penuh dengan sepeda motor. Solusinya bukan di situ.
Payah deh emang, tidak pernah memikirkan masalah umum yang dipikirin duit mulu.
hahaha.. statement2nya gak bijaksana banget ya... defensif banget, gak mau terima kritikan... :D
mbak lidya...judulnya aneh tapi nyata khan???
nchie...asiikkk ada yg dukung gw euy meskipun jarak rumah sama kantor 20 km nih....gempor ga yah??
Mbak EM, dulu kondisi naik kereta dan biker sangat2 jauh kenyamanannya tapi setahun terakhir naik kereta itu selain penuh perjuangan untuk masuk ke dalam kereta di tambah sauna gratis....kondisi ini buat badan udh cape duluan pas baru sampai kantor
Arman...itu pejabat enaknya diapain yah???
yaaa... ampunnn... aku fikir pengguna kereta itu TOP banget loh.. diantara ada pilihan lain mereka tetap memakai moda transportasi yg sangat tidak menggangu jalan.. tapi kok diperlakukan seperti itu seh.. aku yg bukan pengguna aja kesel.deh dengernya.. ckckck...
tapi comuterline ternyata parah bener ya mas.. minggu kemaren aku baru nyoba dan kapok¡¡ ~_~
Post a Comment