Like fanspagenya SENTILAN

Thursday, 21 June 2012

Goal Setting: Hasil Atau Proses

Tadi siang saya sempat berdiskusi tentang cara mendidik anak dengan rekan satu kantor. Meskipun hanya sebentar namun bagi saya isi diskusinya sangat-sangat bermanfaat.Meskipun hangat dan menggebu-gebu bukan berarti sepenuhnya saya sependapat dengan beliau.

Menurut beliau, kita tidak perlu memberi batasan terhadap otak kita. Kebanyakan budaya beberapa suku bangsa di Indonesia memberikan aturan-aturan yang membuat limitasi pada proses berpikir seseorang. Misal: kalau ada orang tua bilang, kamu jangan jadi pedagang sebab jadi pedagang itu penghasilannya tidak pasti mendingan jadi pekerja saja. Kondisi ini secara tidak langsung membatasi proses berpikir seseorang untuk menjadi pedagang. Beliau memberikan contoh antara dia dengan adiknya, sebagai anak tertua mindset orang tuanya sangat dominan sedangkan kepada adiknya, dominasi orang tuanya jauh lebih sedikit.
Kondisi si adik yang lebih bebas dalam membuat goal atau cita2 yang diinginkan membuat si adikjauh lebih dinamis dalam menentukan jalan hidupnya. Menurut teman saya, otak manusia itu harusnya jangan liat prosesnya tapi justru tujuannya yang ditentukan sejak awal. Kalau boleh meminjam istilah Laskar Pelangi ataupun Negeri Lima Menara, Mimpi is goal setting. Dengan kita menentukan dan bermimpi untuk menjadi seorang direktur sebuah perusahaan besar sejak dari bangku sekolah dasar, dapat membuat otak berpikir bagaimana cara menggapai mimpi tersebut.Itu semua sudah membuat sang adik menjadi seorang profesional dalam usia sangat muda.


Di lain waktu, salah seorang sahabat lama memiliki teori yang sangat-sangat berbeda pendekatannya. Sahabat saya satu ini memiliki ilmu agama yang cukup mumpuni. Pendekatan yang dia lakukan adalah pendekatan agama yakni mengasah akhlak anaknya dengan cerita-cerita kisah sahabat nabi Muhammad dan kajian membaca Al Quran dengan tafsirnya. Saat ini, anaknya memang dikaruniai kecerdasan di atas rata2. Ikut kelas akselerasi di sekolah unggulan pula. Menurut sahabat saya, kunci keberhasilan dia adalah memberikan contoh2 nyata dari kehidupan orang bijaksana dan terhormat serta panduan kitab suci.Goal setting-nya adalah menekankan pada proses. 

Bagaimana dengan pendapat saya?
Melihat kedua contoh cerita di atas bagi saya keduanya benar. Istilahnya banyak jalan menuju Bandung. Bisa naik kereta api, naik mobil ataupun pesawat. Naik mobilpun bisa lewat jalan tol atau jalur puncak. Semuanya sah-sah saja dan tidak ada yang salah. Kalau cerita yang pertama menekankan tujuannya Bandung, biarkan otak bekerja menentukan penggunaan moda transportasi dan jalurnya. Sedangkan cerita kedua, lebih menekankan bahwa untuk dapat sampai Bandung, tahapan atau proses yang dilalui haruslah benar terlebih dahulu. Kalau prosesnya benar, biasanya hasil akan mengikuti prosesnya.

Kalau saya malah menggunakan metode kompetensi yang dimiliki masing-masing anak. Kemampuan dan passion masing-masing anak tidak dapat dipaksakan metode mana yang paling tepat. Mungkin saja Nedia cocok dengan cara pertama, tapi belum tentu Nafis atau Ajif cocok dengan metode tersebut. Malah mungkin lebih cocok dengan cara kedua. Hingga saat ini. saya masih terus belajar untuk memberikan metode yang terbaik buat anak-anak.

Sebagai contoh, meskipun ketiga anak saya sekolah di SD yang sama namun hasilnya tidak sama bahkan boleh dibilang hanya cocok di di salah satu anak namun tidak cocok untuk anak yang lainnya. Saya tidak sungkan bertanya kepada orang-orang yang sudah berhasil mendidik anak-anaknya  dengan cara yang berbeda-beda. Saya memiliki keyakinan bahwa mdal awalnya adalah menggali kompetensi si anak baru kemudian kita menentukan goal setting untuk mereka.

Bagaimana dengan anda? apakah kiatnya dalam mendidik buah hati kita agar dapat mandiri di kemudian hari.

NE

23 comments:

marsudiyanto said...

Pada kenyataannya, orang tua masih banyak yang memberi ultimatum ke anak2nya yang secara tak langsung akan mengendap dalam memory anak, yang bukan tak mungkin akan berpengaruh pada pola pikir anak.

Nchie Hanie said...

kebetulan anakku baru satuu BAng..
kalo aku mendidik anak jaman sekarang sih, gimana maunya anak, sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan saja dan mendukungnya..

Anak jaman sekarang mah pinter2 ya..

Bintang said...

Saya selalu banyak ngobrol dengan anak saya, Necky...dari kecil saya sudah memperlakukan dia seperti teman yang bisa diajak diskusi. Ringan atau berat, tentu sesuai umurnya :)

Selain itu, teladan dari orang tua adalah suatu keharusan. Orang tua yang sama kata dan perbuatan serta bisa menjadi panutan, akan memudahkan anak untuk menemukan sosok teladan bagi sikap dan perilakunya.
Insya Allah.

nh18 said...

Kalau saya ...
mmm ...

saya selalu menekankan kepada mereka ... bahwa dalam segala hal ... hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin ... dan hari esok harus lebih baik dari hari ini ...

Begitu Pak Neck ...

Salam saya

obat sakit asma said...

kalo saya sih mau apa-apa juga terserah mereka asla tetap ada di dalam koridor yang benar,,,

NECKY said...

pak mars...mudah2an kita dapat memberikan memori yg baik dibenaknya anak2 kita hingga mereka dewasa kelak.

NECKY said...

nchie...jangan gimana maunya dia selalu donk. Nanti malah nchie yg disetir lho....hehehe. Ada pengalaman dengan temen dan hasil diskusi dengan psikolog anak, kita harus memberikan rules terlebih dahulu agar mereka punya nilai dalam keluarga yang dibuat oleh orang tuanya....oops sorry ya bu

NECKY said...

Iya mbak irma...keteladanan orang tua sangatlah memberikan profil di benak mereka saat beranjak menjadi dewasa...semoga saja saya bisa menjadi role model mereka yah *doain*

NECKY said...

om enha...wah kata2 itu sudah terngiang di pikiran tapi tidak pernah saya ungkapkan kepada anak2. Terima kasih ya om sudah mengingatkan

NECKY said...

obat asma....bener banget tapi sbg orang tua tetap menjaga koridornya khan?

Keke Naima said...

kl sy di sesuaikan dg karakter anaknya juga.. walopun tujuannya sama2 pengen si anak mandiri.. Untuk tau gimana karakter anak, salah satu caranya biasanya sy sering mengajak mereka berdiskusi.. :)

Alaika Abdullah said...

Banyak metode yang dapat dipakai dalam mendidik anak sih di jaman sekarang ini, tentunya kita harus melihat, mempertimbangkan dan memutuskan mana yang kira2 paling cocok untuk kompetensi dan karakter si anak. Yang jelas, membantu si anak menemukan cita-citanya sejak dini adalah sebuah jalan yang teramat baik, karena memiliki cita-cita yang teguh sejak kecil, akan membantu kita dan juga si anak dalam mengarahkan langkah-2 mencapai tujuan itu sendiri.

Saya sependapat dengan mas Necky, harus lht kompetensi si anak terlebih dahulu, dan jangan memaksakan kehendak kita sendiri. Kebetulan anak saya hanya satu, dan saya juga berkaca pada pengalaman dimana orang tua saya mendidik kami, anak-anaknya, mengambil yang baik dan meninggalkan yang tidak cocok, sebagai pembelajaran yang akan menambah nilai dalam mendidik anak itu sendiri...

Seperti mba Bintang, saya juga menjadikan anak saya tak hanya sebagai anak, tapi juga sahabat karib, sehingga dia bisa berdiskusi secara terbuka dengan saya tentang apapun... :)

Lidya Fitrian said...

anak-anak lebih banyak mencontoh ya dalam belajar hal apapun

edratna said...

Tidak mudah memahami kompetensi anak sejak dini, yang jelas setiap anak akan menghasilkan hal berbeda walau cara mendidik sama.

Menurut saya contoh nyata sangat diperlukan, dibanding dengan berbagai nasehat dan teori, karena pada dasarnya anak melihat contoh perilaku orangtua sehari-hari, juga orang yang berada di lingkungan terdekatnya.

Darin said...

Kalau saya, berhubung anak masih 4 tahun, ya ikut apa kata bapaknya dulu :) Naik bis oke, kereta juga ngikut.
Mungkin kalau sudah agak besar, baru bisa diajak diskusi.

Anonymous said...

Saya juga masih harus terus belajar bagaimana mendidik anak yang baik dan benar, Bang. Dan salah satunya saya dapatkan dari postingan ini.

Salam hangat untuk keluarga tercinta.

cara alami mengobati amandel said...

semua akan indah pada waktunya

niee said...

kalau mendidik seh pasti aku belum ngerti yak mas.. tapi menurut aku orang tua harus memang membuka wawasan anaknya tentang proses.. tujuan harus memang jelas, tapi jangan menekankan pada satu tujuan saja.. biarlah anak sendiri yang memilih akan jadi apa dia.. Toh nanti setelah dewasa dia bisa memikirkan sendiri.. orang tua hanya memberikan masukan saja dan menjauhkan dari yang jelek IMHO seh :D

obat hepatitis b herbal said...

semoga saja yah :(

NECKY said...

abi...kita jangan berhenti belajar. Sayapun sering mendapat ilmu saat berkunjung ke 'rumah' antum

NECKY said...

berbicara dengan bu enny saat kopdar yang singkat sekalipun saya mendapat pengetahuan tentang cara mendidik yang menurut saya cukup unik yg bu enny lakukan....sebuah referensi yang indah....terima kasih ya bu telah berbagi pengetahuan

NECKY said...

mbak alaika....150% setuju kalau ajaran dari orang tua yang kurang sesuai jangan kita langsung terapkan karena sudah berbeda zaman kecuali untuk aqidah....setuju khan??

NECKY said...

niee...sebagai orang tua wajib hukumnya memberi bekal anak2nya untuk bisa mandiri dengan ilmu. Baik ilmu akhirat (yg paling utama) ditambah dengan ilmu dunia