Tulisan di detik finance beberapa waktu yang lalu dengan judul "Orang Indonesia Lebih Suka Jadi Karyawan Ketimbang Pengusaha" membuat inspirasi bagi saya menulis tentang pengalaman beberapa orang teman (karyawan) yang berusaha menjadi pengusaha (termasuk saya tentunya).
Saya punya teman kuliah yang awalnya bekerja kepada orang lain, namun seiring berjalananya waktu dia mencoba usaha kuliner didukung oleh istrinya yang punya hobby memasak. Awalnya sih saya melihat jatuh bangunnya mereka berdua, namun terakhir saya bisa melihat buah kerja keras mereka hingga memiliki sebuah resto atau warung (karena mereka belum menyebutnya resto). Tertarik dengan keberhasilan mereka akhirnya saya dan istripun berkunjung ke restoran yang terletak di daerah Jagakarsa.
Kamipun bertukar informasi dan yang paling mengejutkan adalah jawaban dari teman saya ketika saya bertanya apa yang memicu mereka untuk terjun ke bisnis dan menjadi pengusaha. Dia bilang yang memicu dia menjadi sekarang ini adalah SAYA. Tentu saja saya kaget dengan jawabannya. Lantas dia mengingatkan kembali (flash back) saat kami bareng2 kuliah di tahun kedua yang kemudian memutuskan untuk bisnis parcel lebaran. Menurutnya keputusan berbisnis parcel waktu itu tanpa sebuah perencanaan matang seperti survei pasar dll.
Saya jadi ingat bahwa keputusan bisnis parcel waktu itu lantaran saya ingin ikut berlibur bersama teman2 tanpa minta uang sama orang tua. Ide saya ternyata di respon dengan baik oleh teman-teman hingga akhirnya bisnis kami berjalan hingga beberapa tahun dan bubar jalan ketika sama sudah mulai selesai kuliah. Bagi teman saya, keputusan yang kami ambil waktu itu merupakan momentum baginya untuk berwirausaha. Padahal keluarganya bukan dari kalangan wirausaha sama sekali.
Tentunya saya sedikit kaget dan bingung karena sebuah ide dengan latar belakang mau liburan doank dapat merubah cara pandang seseorang. Saat saya cerita tentang beberapa kali kegagalan berwirausaha, dia menasehati agar dapat lebih fokus dan jangan setengah-setengah apabila mau usaha sendiri. Memang sih saya beriwirausaha sambil bekerja karena niatnya kalau bisnisnya sukses saya mau keluar alias mengundurkan diri.
Lewat tayangan Kick Andy minggu lalu sayapun mendapat sebuah masukkan yang sangat bagus, para pengusaha yang sudah berhasil memiliki kesimpulan yang sama yakni: "Sebuah Usaha tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah karena dengan yang seluruh waktunya dia curahkan saja belum tentu mampu berhasil apalagi dengan waktu yang cuma setengah." Sayapun lantas jadi terdiam mendengar ungkapan tersebut. Usaha yang saya rintis dan gagal itu besar kemungkinannya karena waktu yang saya berikan tidak banyak.
Beberapa hari yang lalu saya mendapat masukkan yang luar biasa lagi tentang cerita 2 orang pada tanggal 25. Orang pertama bilang sama rekannya, sebentar lagi kita akan gaijan....asikkk. Orang ini sama sekali tidak salah tapi mental yang dimilikinya baru pada tahap tangan yang menengadah ke atas alias menerima. Sedangkan orang yang satunya lagi berkata kepada istrinya bahwa dalam beberapa hari kedepan dia harus segera memberikan gaji kepada karyawannya. Yup benar orang yg terakhir adalah seorang pengusaha dimana dia senantiasa memberi gaji setiap bulannya. Orang yang terakhir sudah memiliki mental tangan di atas atau memberi.
Kalau saat ini kita masih dalam kondisi menerima terus menerus, kapan tangan kita yang akan ada di atas yah? kalau kita masih menjadi karyawan atau pegawai, kapan kita mulai akan menjadi seorang pengusaha?
Bukannya mau merendahkan arti seorang pegawai karena saya sendiripun hingga kini masih menjadi pegawai namun apakah kita akan menjadi pegawai terus???
NE
Saya punya teman kuliah yang awalnya bekerja kepada orang lain, namun seiring berjalananya waktu dia mencoba usaha kuliner didukung oleh istrinya yang punya hobby memasak. Awalnya sih saya melihat jatuh bangunnya mereka berdua, namun terakhir saya bisa melihat buah kerja keras mereka hingga memiliki sebuah resto atau warung (karena mereka belum menyebutnya resto). Tertarik dengan keberhasilan mereka akhirnya saya dan istripun berkunjung ke restoran yang terletak di daerah Jagakarsa.
Kamipun bertukar informasi dan yang paling mengejutkan adalah jawaban dari teman saya ketika saya bertanya apa yang memicu mereka untuk terjun ke bisnis dan menjadi pengusaha. Dia bilang yang memicu dia menjadi sekarang ini adalah SAYA. Tentu saja saya kaget dengan jawabannya. Lantas dia mengingatkan kembali (flash back) saat kami bareng2 kuliah di tahun kedua yang kemudian memutuskan untuk bisnis parcel lebaran. Menurutnya keputusan berbisnis parcel waktu itu tanpa sebuah perencanaan matang seperti survei pasar dll.
Saya jadi ingat bahwa keputusan bisnis parcel waktu itu lantaran saya ingin ikut berlibur bersama teman2 tanpa minta uang sama orang tua. Ide saya ternyata di respon dengan baik oleh teman-teman hingga akhirnya bisnis kami berjalan hingga beberapa tahun dan bubar jalan ketika sama sudah mulai selesai kuliah. Bagi teman saya, keputusan yang kami ambil waktu itu merupakan momentum baginya untuk berwirausaha. Padahal keluarganya bukan dari kalangan wirausaha sama sekali.
Tentunya saya sedikit kaget dan bingung karena sebuah ide dengan latar belakang mau liburan doank dapat merubah cara pandang seseorang. Saat saya cerita tentang beberapa kali kegagalan berwirausaha, dia menasehati agar dapat lebih fokus dan jangan setengah-setengah apabila mau usaha sendiri. Memang sih saya beriwirausaha sambil bekerja karena niatnya kalau bisnisnya sukses saya mau keluar alias mengundurkan diri.
Lewat tayangan Kick Andy minggu lalu sayapun mendapat sebuah masukkan yang sangat bagus, para pengusaha yang sudah berhasil memiliki kesimpulan yang sama yakni: "Sebuah Usaha tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah karena dengan yang seluruh waktunya dia curahkan saja belum tentu mampu berhasil apalagi dengan waktu yang cuma setengah." Sayapun lantas jadi terdiam mendengar ungkapan tersebut. Usaha yang saya rintis dan gagal itu besar kemungkinannya karena waktu yang saya berikan tidak banyak.
Beberapa hari yang lalu saya mendapat masukkan yang luar biasa lagi tentang cerita 2 orang pada tanggal 25. Orang pertama bilang sama rekannya, sebentar lagi kita akan gaijan....asikkk. Orang ini sama sekali tidak salah tapi mental yang dimilikinya baru pada tahap tangan yang menengadah ke atas alias menerima. Sedangkan orang yang satunya lagi berkata kepada istrinya bahwa dalam beberapa hari kedepan dia harus segera memberikan gaji kepada karyawannya. Yup benar orang yg terakhir adalah seorang pengusaha dimana dia senantiasa memberi gaji setiap bulannya. Orang yang terakhir sudah memiliki mental tangan di atas atau memberi.
Kalau saat ini kita masih dalam kondisi menerima terus menerus, kapan tangan kita yang akan ada di atas yah? kalau kita masih menjadi karyawan atau pegawai, kapan kita mulai akan menjadi seorang pengusaha?
Bukannya mau merendahkan arti seorang pegawai karena saya sendiripun hingga kini masih menjadi pegawai namun apakah kita akan menjadi pegawai terus???
NE
41 comments:
semoga segera punya keberanian membakar kapal yang mengantar kita ke pulau medan perang masbro...
salam sukses dari Semarang :)
Ini renungan yang patut dikaji ...
Sampai kapan kita menggantungkan nasib sebagai karyawan ...?
Saya pun sekarang masih seorang karyawan yang digaji bulanan ...
Saya kepingin suatu saat nanti saya bisa menentukan sendiri ... apa modul yang akan saya trainingkan ... kemana dan dimana saya memberi training ... tidak diatur-atur seperti sekarang ... hehehe ...
Free lance trainer ... itu impian saya ... (yang bayarannya mahal tentunya ...)(kalo perlu dihitung jam-jaman ...)(halah ngimpi ...)
Tapi saya rasa ini tidak mustahil ...
Go Get It !!!
Salam saya Pak Neck
Sampai saat ini saya jg msh jd karyawan yg hny mengandalkan gaji bulanan. Tp beberapa hari lg, saya akan memulai ganti posisi. Menggaji bkn digaji (lagi). Meskipun hasilnya jauh lbh kecil dari gaji yg skrg. Tp kudu berani memulai hehe
alhamdulillah, semoga tulisan ini menjadi cikal bakal langkah mas Necky untuk memantapkan hati menjadi pengusaha.
*kedai kitik2 pe labo dalih, gelah ajangta* begitu selalu ucapan bapaku. yang artinya *kedai kecil pun tak apa, asal punya sendiri*
sudah bertahun2 menikmati sensasi tangan di atas, emang beda sih dengan tangan di bawah hehehe ...
Selamat berjuang ya mas!
Wahhh blm kepikiran mau usaha apa.. tapi bbrp dosen aku dulu cukup punya usaha yg sukses loh mas tapi ttp jadi dosen.. Aku seh pengennya bgt.. hehe
saya sudah pensiun jadi karyawan pak,tapi jadi ibu RT :)
saya sudah pensiun jadi karyawan pak,tapi jadi ibu RT :)
mas sriyono....semoga saya makin terbakar semangatnya yah...thx bro
om enha...saya juga punya passion mau mengajar....yang ini aja belum kesampaian udah ada keinginan yang lain lagi....gimana donk ??
Wah...berwirausaha aja mas :D
Tapi butuh modal sih :D
Kalo udah mapan jadi pegawai, coba2 aja mas, siapa tau berhasil jadi atasan alias bos :D
Emang sih gak mudah, butuh usaha, kerja keras, dan fuluuuuus :))
hmmm
saya yakin sebagian besar karyawan pengen lah berwirausaha. tapi kan gak segampang itu...
untuk bisa berwirausaha harus ada channel, ada jiwa nya, ada modalnya, dan harus ada nekadnya. hahaha.
apalagi kalo udah berkeluarga, akhirnya jatohnya gak berani2 juga. abis kalo sampe modalnya abis, ternyata gak menguntungkan gimana dong... anak istri mau dikasih makan apa...
akhirnya ngambil jalan aman, ya udah lah jadi karyawan aja. hahaha.
tarry kittyholic...wah hebat euy udh berani banting stir...top markotob
nique...mental yg belum siap nih... mau nya sih udh lama...terus nunggu apalagi yah?...
niee...kalau ada yg berhasil sambil menekuni pekerjaan pastinya salah satu dikalahkan prioritasnya tuh...
mbak lidya...pensiunnya malah jadi FTM khan?...ini jauhhhh lebih berat mbak.....
zippy...modal yang paling utama adalah MENTAL bro....punya uang tapi ga punya mental...juga ga jalan2 tuh...herhehe
arman...itulah yg terjadi....masuk di comfort zone....hahahaha. masih takut ga bisa kasih makan anak istri ya bro.....:-)
Setuju dengan tulisan Pak Necky, tapi buat kebanyakan orang memang tidak mudah untuk melakukannya apalagi kebanyakan kita memang dari kecil lebih diajarkan untuk menjadi karyawan.
Necky sudah punya ilmunya utk menjadi wirausaha, bahkan menjadi inspirasi bagi teman yg sukses dgn warungnya.
satu saat nanti, Necky pasti bisa jadi wirausahawan yg sukses, bunda yakin ... :)
salam
membaca tulisan ini saya jadi teringat tulisan pakdhe kuntowijoyo tentang establishme orang jawa. orang jawa lebih suka sesuatu yang mapan, meski terkadang terasa mencekik.
asal mapan dan stabil lebih suka menjadi karyawan.
Postingan ini cocok utk saya yg sedang galau nechh...saya juga nonton acara kick andy itu...saya juga berencana mau memajukan kios online saya...tp krna waktunya cuma setengah (krn masih menjadi karyawan) akhirnya hasilnya juga setengah2....mo keluar dr kerjaan rasanya seperti terjun bebas hihihi...mentalnya nech yg belum siap....
kalau saya kayaknya posisinya setengah2 nih mas. dibilang pengusaha bukan, dibilang karyawan juga bukan hehe. namanya juga pekerja lepas. dapat proyeknya ya tergantung usaha kita juga. tapi saya kadang jg pengen tuh punya usaha sendiri. saya lihat ibu saya dulu habis pensiun lalu buka warung kecil. awalnya barang jualannya sedikit, lama2 banyak. seneng lihatnya. :)
bro ann...dari kecil ortu menyuruh saya untuk sekolah setinggi-tingginya dan bekerja di instansi. Untuk mengubah doktrin seperti ini ternyata bukan pekerjaan yang mudah yah??...
bunda lily ...terima kasih dengan doanya...semoga aja di ijabah ya bunda ...aamiin... *jadi mau buat tulisan lagi nih.. terinspirasi komentarnya bunda*
mas jarwadi...tapi banyak juga orang jawa yg jadi pengusaha sukses lho
mbak nia...ini cuma masalah kenekadan aja deh....*mode:kompor on* hehehehe
krismariana....sebenarnya sampean udh bisa dibilang pengusaha kecil2an lho....tapi belum mau di seriusin aja....
nice post, om.
aku pengen bgt punya usaha. tapi ya, masih banyak bingungnya. coz blm punya pengalaman sama sekali. dan masih yaa itu om, setengah2 hati.
kadang2 kita nggak sadar tindakan kita bisa tanpa sengaja menginspirasi orang lain ya Pak...
kalau org Indonesia mungkin karena kebutuhan hidup tinggi, sehingga memmberikan seluruh waktu utk merintis usaha itu berat juga ya Pak...
tapi saya salut dgn para pengusaha yang berhasil, yang memulainya dari nol... mudah2an semakin banyak tangan di atas sehingga pengangguran semakin berkurang.. amin...
Buku dan statement udah habis dilahap, tp tetep aja blom berani mas :D suami sy yg udah duluan berani, alhamdulillah stlh nyemplung 100% hasilnya lebih baik.. Ayo semangat maaass.. :)
dhilla...kalau belum punya pengalaman berarti mesti mencoba dulu donk biar ada pengalamannya....hehehe
thia...itu yang menjadi dasar pemikiran...kalau mau menjadi tangan di atas dengan status karyawan cukup sulit untuk merealisasikan meskipun bukan hal yang mustahil sih
meidy...tuh khan benerrrr...asalkan diniatkan hasilnya insya Allah baik.... thx ya mbak...
Aku punya teman di kantor, yang juga berprofesi sbg pengusaha. Namun, memang sebagian besar urusan perusahaan dipegang istrinya. Sementara temanku yg harus berbagi waktu dg pekerjaan di kantor, lebih memposisikan diri sbg humas sekaligus pemasaran.
Hubungannya dg para pejabat mau tak mau 'memudahkan' baginya mencari konsumen bagi barang2 yang dijualnya.
Oya, temanku (dan istrinya) itu mengelola perusahaan kayu jati, jadi selain membuat meubelair juga membuat segala macam barang yg bahannya kayu jati. Malah sebagian barangnya diekspor lho.
"Sebuah Usaha tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah karena dengan yang seluruh waktunya dia curahkan saja belum tentu mampu berhasil apalagi dengan waktu yang cuma setengah."
Haduuuh... saya masih belum maksimal. :(
Semoga pak Necky segera menyusul rekannya yang sukses berbisnis, ya.... Amin...
pagi para profesional memang tidak mudah untuk membakar kapal karena ini berhubungan dengan mindset dan zona nyaman sbg karyawan. Tapi harus bermimpi utk TDA :).Semua kesuksesan berawal dari mimpi/niat...
Yg penting niat sudah ada ya mas, tinggal optimalisasi ikhtiar menuju posisi tangan di atas itu. Aamiin...semoga bisa segera terealisasi. Aku jg pengennya begitu :)
mbak reni...saya hingga saat ini juga sebagai 'humas' usaha kuliner istri saya. Namun rasanya koq masih belum maksimal dan untuk memperluas market jadi kurang optimal.. Makanya saya berpikir untuk ingin bergerak lebih
mbak susi ...semoga saja saya bisa mengumpulkan mental yang baik untuk terjun secara total.....
bro ann...bener banget bro..mimpi adalah kunci....
orin...mesti sering2 nonton mario teguh dan kick andy nih...biar termotivasi atau terbakar motivasinya ya ga??...
Post a Comment