Like fanspagenya SENTILAN

Tuesday 20 September 2011

Menahan Diri

Kejadian tawuran antara wartawan dengan anak sma yang terjadi baru-baru ini di Jakarta, membuat saya bingung dan heran. Kenapa hal ini bisa terjadi? bukankah kita semua bisa berpikir dengan tenang dan tidak menggunakan kekerasan untuk penyelesaiannya??

Saya bukannya mau membela salah satu pihak, namun berita yang ada di media online sama sekali tidak berimbang dan hanya versi wartawan yang sangat dominan. Satu-satunya versi anak-anak sma adalah statement dari polisi. Akhirnya saya dapat juga melalui status FB teman yang memberi link cerita versi anak sma disini. Sedangkan pendapat saya melihat tayangan di TV, kenapa para jurnalis kelakuannya mirip anak sma yah?? ramai-ramai mendatangi sekolah hingga membuat suasana bertambah panas.



Silahkan menilai cerita mana yang paling mendekati kewajaran, masing-masing orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Berdasarkan pengalaman mengamati orang-orang tawuran tidak akan ada penyelesaian apabila kedua pihak yang bertikai menggunakan otot bukannya otak.

Tiba-tiba saja teringat beberapa kejadian yang berakibat fatal seperti kasusnya mendiang Putri Diana. Meskipun tidak ada yang di vonis bersalah (cmiiw) pada peristiwa tersebut namun kejadian kecelakaan adalah upaya untuk menghindarkan diri dari paparazi (baca: jurnalis).

Jurnalis/wartawan/paparazzi ataupun apapun julukannya sering berdalih kalau mereka bekerja di bawah lindungan Undang Undang. Sekarang cobalah mereka memiliki empati apabila nara sumber yang mereka kejar itu adalah saudara mereka sendiri atau orang tua mereka sendiri. Apakah sama perlakuannya? Apabila mereka benar2 profesional jawabannya akan sama. Siapapun nara sumbernya harus diperlakukan dengan standar yang sama.

Ayolah semua pihak yang bertikai, saya yakin semuanya merupakan seorang terpelajar yang biasa menggunakan akal dan pikirannya dalam bekerja. Janganlah bersikap arogan, karena arogan itu identik dengan kesombongan. Apa yang harus disombongkan sih?...Harta?....ga akan di bawa mati deh kayaknya.
Jabatan?....apakah seumur hidupnya selalu menjadi orang penting??....Semuanya adalah semu.....

NE

29 comments:

alamendah said...

Ternyata para wartawan juga kepengen tawuran kek para anak sma...

Tiara Putri said...

lagi-lagi ketinggalan berita :(
wartawan kadang emang suka gg manusiawi, tapi artisnya juga kadang suka gg manusiawi, sama2 suka gg manusiawi :(

Asriani Amir said...

padahal sya sngat salut ma wartawan. kegigihannya itu loh. tp klo liat yg skrg, lama2 terkikis juga kebanggan itu. sepertinya tuntutan hidup sudh tidak bisa ditunda, kesannya bukan mngejar berita lagi, justru berusaha membuat berita.

NECKY said...

kang alam....bener juga kayaknya yah....hehehehe

NECKY said...

tiara...jangan ketinggalan terus donk....ayo kejar yang ketinggalan....:-)

NECKY said...

accilong....saya juga salut dengan kegigihan mereka namun sayang banyak oknum yang membuat nama mereka tecoreng...karena memanfaatkan profesi demi kepentingan perorangan

Arman said...

iya bener... orang kadang suka lupa kalo ada yang namanya hati nurani...

bundadontworry said...

ketika rasa solidaritas tidak ditempatkan pada porsi yg sebenarnya, namun hanya krn arogansi semata, maka kejernihan berfikir utk menyelesaikan suatu masalah, gak akan tercapai dgn baik , gitu khan Necky?

besok2 siapa lagi ya kira2 yg mau tawuran kayak anak2 SMA ini ? hihihiih.... lutju dan miris aja ngelihatnya ......... :(
salam

NECKY said...

arman...atas nama duit...mereka lupa hati nurani

NECKY said...

Kalau dua2nya dapat berpikir dengan jernih mah ga akan ada tawuran bunda. Yang paling prihatin sebenarnya bagi saya adalah energi utnuk mikirin ini hingga kepala negara ikut komentar...terlalu remeh temeh menurut saya. DPRD mau mengkaji untuk mindahin sekolah segala...mendingan juga pikirin tuh sekolah2 yang banyak mau ambruk...ada nuansa yang beda di tawuran kali ini....sekali lagi menurut pendapat saya saja lho

Lidya Fitrian said...

malu ya wartawan kan umurnya diatas anak SMA kok terlbiat tawuran sih,. hehehe pisss ah

NECKY said...

lidya....hahaha namanya udah esmosi...ga peduli lagi mau malu atau ngga

niee said...

Eerrgghh.. Masih gak suka dengan istilah kebebasan pers.. rasanya semuanya boleh diungkap oleh wartawan hanya karena istilah itu.. lagian sama anak sma aja diladeni.. seharusnya yg lebih tua lebih bisa mengerti kan yak.. hmmn...

Asop said...

Iya juga sih, selama ini di tipi saya hanya tahu versi wartawan.... :(

riez said...

Inilah kalo masyarakatnya penyakitan...

Lyliana Thia said...

wartawan ini padahal pekerjaannya penting sekali ya... harusnya mereka bisa menunjukkan kepada dunia kalau mereka dewasa, dan penilaiannya nggak subjektif...

sudah saya baca link-nya Pak Necky... sepertinya kedua belah pihak salah ya,,, kenapa juga anak SMA tawuran pada awalnya... wartawan jg salah... wallahu'alam...

thanks for sharing, pak

mechta said...

sudah cukup banyak kasus serupa sebelumnya (meski dengan pelaku yg berbeda-beda...) tapi kenapa masih ada saja yg blum juga mengambil pelajaran dari hal itu??

NECKY said...

niee...kebablasan pers bisa dibilangnya. Mereka suka tidak memperlihatkan empati kepada korban atau nara sumbernya...

@zizydmk said...

Dalam keadaan seperti ini, kedua belah pihak harus saling menahan diri, karena cerita tiap versi tentu beda-beda.

NECKY said...

asop...bener boss, versi wartawan itu bikin pandangan kita sangat negatif terhadap anak SMA khususnya anak yang tawuran

NECKY said...

riez...kalau kata teman gw...orang2 dewasa nyontohin tentang keributan di dpr, kpk, dll. jadi gimana mereka mau cari keteladanan khan??

NECKY said...

thia...wartawan yg ideal memang seharusnya tidak tendensius dalam memberikan beritanya. Harus imbang antara 2 nara sumber yg bertikai. Tidak memberikan berita berdasarkan opini mereka sendiri, kudu ada fakta. Tawuran antar anak2 SMA jelas salah, tapi kalau tawuran antara wartawan dengan anak sma ini namanya udah kebablasan atas nama undang-undang....hehehehe

NECKY said...

mechta...terkadang saya salut dengan profesi jurnalis ini karena mereka itu gigih dan pantang menyerah untuk mendapatkan berita namun mereka suka mengabaikan etika dalam memberitakannya...

NECKY said...

zee...saya sangat sangat setuju. Kalau sampai tidak ada yg dapat menahan diri bisa melebar kemana2 keributannya...

nh18 said...

Saya tidak bisa berkomentar Pak Neck ...
Yang jelas ...
Kita semua ini manusia ...
Pasti ada sisi yang benar ... Pasti pula ada sisi yang perlu dibenarkan ...
Begitu juga Siswa Sebelah ...
Begitu juga Wartawan ...

Kita semua

Semoga nggak ada lagi peristiwa serupa ...
Cukup sudah ...

Salam saya Pak Neck

Nchie said...

Semua pihak merasa benar..
yah semoga tidak terjadi lagi tawuran..
damai..damai..

NECKY said...

betul banget om enha, semua orang memiliki sisi baik dan sisi negatif namun hendaknya kita semua tidak memprovokasi dengan sisi negatif orng lain. Yang parah khan kalau semuanya ga bisa menahan diri kayak kejadian kemarin itu

NECKY said...

nchie...kalau ada yang inginnya ga damai karena punya agenda lain malah makin runyam tuh bu...

edratna said...

Dan itu mantan SMA anak sulungku....
Bayangkan, walau dia sudah lulus S1 dan bekerja, dia jadi ikut emosi setelah mendengar ibu gurunya terluka dilempar bakso, karena melerai pertikaian.

Hmm..anak SMA 6 yang merampas kamera wartawan memang salah, mestinya lapor polisi. Dengan demo, maka selalu ada peluang orang lain bisa menyelusup masuk. Dan demo pada anak SMA rasanya aneh, atau memang kita sekarang terbiasa demo ya...sedikit-sedikit demo.
Syukurlah akhirnya tercapai kesepakatan...semoga tak terulang lagi.