Like fanspagenya SENTILAN

Monday 7 April 2014

Ketahanan Telekomunikasi

Saya tiba-tiba ingat skandal Snowden (seorang mantan anggota CIA) yang menulis tentang penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat dan Australia terhadap negeri ini. Beberapa operator seluler terkemuka menjadi sorotan oleh media karena 'dianggap' bertanggung jawab terhadap kejadian ini. Data-data percakapan yang dilakukan lewat telpon seluler disinyalir menjadi biang keladi 'kebocoran'' informasi tersebut.


Bukannya saya mau membela diri karena saya bekerja di sektor telekomunikasi. Namanya penyadapan itu khan beragam caranya, tapi kalau berasal dari perusahaan telekomunikasi apalagi sampai disengaja memberikan  data percakapannya  kepada orang lain, ini namanya 'bunuh diri' secara bisnis. Semua data percakapan itu adalah rahasia seperti halnya data nasabah bank.
Kalau ketahanan pangan (istilah orde baru dulu swasembada pangan) itu khan jelas langkah2nya...tanah negeri yang sangat luas ditanami pohon atau tumbuhan yang memang dibutuhkan oleh negeri ini. Kedelai yang merupakan bahan pokok untuk membuat tempe dan tahu (makanan favorit mayoritas negeri ini) dibudidayakan secara massal...insya Allah dalam beberapa tahun ke depan kita tidak perlu mengimpor lagi. Sedangkan untuk ketahanan komunikasi ....??

Operator seluler yg saat ini di Indonesia ada banyak sekali bahkan menurut beberapa artikel yang saya baca negeri ini sangat banyak punya operator seluler dibandingkan negara2 lainnya. Mari kita hitung sama2 yuk: Telkomsel, Indosat, XL, Three, AXIS, Flexi, SmartFren, Esia (catatan: AXIS dalam proses akuisisi oleh XL, Fren sudah diakuisisi oleh SmartTel). Semakin tinggi persaingan didunia telpon seluler memaksa beberapa perusahan di akuisisi. Bahkan untuk Esia, saat ini sudah berangsur mati suri...begitu juga dengan Flexi. Dari beberapa operator yang saya sebutkan diatas sebagian besarr pemegang saham adalah perusahaan asing. XL dengan pemegang saham mayoritas dari Malaysia. Indosat dengan pemegang saham mayoritas dari Qatar. Sedangkan Telkomsel, 40% sahamnya dipegang oleh Singapore. Lalu...bagaimana kita mau memiliki ketahanan komunikasi kalau banyak asing yang menguasai saham mayoritas perusahaan telekomunikasi?

Belum lagi masalah perangkat telekomunikasi...dengan pasar telpon seluler yang sangat besar, negeri ini menjadi PASAR pembuat handset seperti Samsung, Nokia, Blackberry maupun merk lainnya. Memang saat ini mulai ada beberapa perusahaan pembuat handset membuka pabriknya di Indonesia. Semoga saja mereka mau membuka dan mengalih teknologi kepada bangsa ini.

Sebaiknya operator seluler dimiliki oleh perusahaan lokal deh....caranya?? ya perlahan tapi pasti beli aja saham2 mereka dan dimulai dari pasar saham di lantai bursa terlebih dahulu. Sudah selayaknya sektor2 penting dimiliki penuh oleh pemerintah. Kalau mau privatisasi ...cari sektor usaha lain yang kadar kepetingan orang banyaknya tidak massal seperti telekomunikasi...

NE

4 comments:

Idah Ceris said...

Kalau Pak Neck beli Indosat gimana?. Hehehe.

Sekarang yang dicari user yg banyak geratisannya ya, Pak. Sdgkan yang udah mati suri itu pelit siiih. Hahaha

Lidya Fitrian said...

kalau dibeli harganya berapa ya pak? hehehe mudah2an sih ada orang lokal yang bisa membeli kembali ya

NECKY said...

Mbak idah...kalau ada yg mau modalinboleh juga tuh. wonw erick tohir aja bisa beli inter milan yg harganya trilyunan rupiah.
User sekarang sudah menajdi korban koq. Mau nelpon susah, mau koneksi internet lemot, ....so users nikmatilah tarif murah ini dengan sabar...hehehehhe

NECKY said...

apa mbak lidya aja yang beli isat nih?? saya yakin koq kalau ada orang indonesia yg bisa beli isat...