Kata bonek itu sangat identik dengan supporter sepakbola dari Surabaya. Singkatan bonek bagi yang belum tahu adalah 'bondo nekad' alias modal nekad. Lantas kenapa disebut bonek? Mereka disebut bonek karena untuk mendukung kesebelasan kesayangannya hanya bermodalkan tekad dan badan mereka. Mayoritas tidak memiliki uang yang cukup untuk bepergian ke luar kota. Mereka tidak peduli tidur dimana saat menjelang atau setelah pertandingan...yang penting adalah dukungan penuh terhadap kesebelasan pujaannya.
Untuk urusan bisnis (baca: dagang), mau tidak mau modal nekad ternyata dibutuhkan juga. Beberapa teman memulai usaha mereka dengan bermodalkan tekad yang luar biasa. Memang ada perbedaan antara bonek di atas dengan modal nekad untuk memulai usaha namun keberanian memulai bisnis itu bukan hal yang mudah. Sama juga urusan memulai hidup dengan menikah (bagi laki-laki). Secara materi berkecukupan, wajah tidak jelek, berkelakuan tidak neko-neko namun tetap saja tidak berani menikah. Modal nekad itu berarti yang positif khan?
Salah seorang keponakan sejak sebulan lalu sering berdiskusi tentang memulai bisnis. Meskipun secara pribadi bukan seorang pebisnis murni, dia menganggap saya banyak ilmu yang bisa di share dengannya. Pada awalnya, dia bingung untuk menentukan jenis bisnisnya namun setelah beberapa kali diskusi akhirnya dia memutuskan untuk bisnis kuliner tepatnya Mpek-mpek. Langkah pertama yang saya sarankan adalah menentukan lokasi outlet. Setelah itu membuat diferensiasi mpek-mpek yang dia buat dengan mpek-mpek yang orang lain jualan. Akhirnya dia mendapatkan 'brand' atau merk mpek-mpeknya. Selanjutnya dia mengimpor pembuat mpek-mpek langsung dari Palembang (kebetulan ayahnya berasal dari Palembang) untuk mengajarkan cara membuat mpek-mpek yang uenakkk.
Minggu lalu, dengan persiapan yang serba mepet akhirnya dia membuka outlet Mr. Mpek-Mpek di bilangan kantor Trans TV (letak persisnya saya belum tahu) namun yang sangat surprise adalah penjualan 2 hari pertama....sangat fantastis untuk sebuah outlet yang baru dibuka. Bahkan pada hari kedua, outlet terpaksa tutup karena tidak ada mpek-mpek yang bisa dijual lagi alias laris manisss. Mudah2an outletnya bisa mempertahankan penjualannya dengan baik. Namun keberanian untuk memulai bisnisnya itu yang harus dikasih 2 jempol...bahkan 4 jempol..... :-)
Sementara itu, saya masih berencana terus untuk membuat outlet kue kering. Realisasi rencana-rencana yang sudah dibuat seakan-akan hanya realisasi di atas kertas semata. Terlalu banyak aspek yang dipertimbangkan menjadi kekurangan dalam memutuskan sesuatu (jadi inget presiden...yang banyak sekali pertimbangan hingga akhirnya disebut lamban). Semua kendala-kendala yang diperkirakan akan muncul disimulasi terus. Padahal kalau mau jujur, semua pertimbangan itu bisa jadi ketakutan2 yang ada didalam diri sendiri. Kalau nanti begini....harus gimana yah? Kalau nanti begitu....apa yang harus dilakukan? dst.
Well...Mempertimbangkan segala sesuatu adalah tindakan yang bagus...namun terlalu banyak membuat pertimbangan malah bisa dikatakan NO Action at all...alias Omdo (omong doank). Kebulatan tekad (jadi inget zaman Orde Baru) untuk menjalankan sebuah rencana sangat dibutuhkan untuk men-trigger semua rencana di atas kertas menjadi kenyataan. Urusan Gagal atau berhasil ....bab yang berbeda...yang penting ibarat orang mau pergi ke suatu tempat, dibutuhkan langkah pertama dengan keluar dari rumah khan? urusan sampai di tujuan atau ngga khan beda lagi ??
NE
Untuk urusan bisnis (baca: dagang), mau tidak mau modal nekad ternyata dibutuhkan juga. Beberapa teman memulai usaha mereka dengan bermodalkan tekad yang luar biasa. Memang ada perbedaan antara bonek di atas dengan modal nekad untuk memulai usaha namun keberanian memulai bisnis itu bukan hal yang mudah. Sama juga urusan memulai hidup dengan menikah (bagi laki-laki). Secara materi berkecukupan, wajah tidak jelek, berkelakuan tidak neko-neko namun tetap saja tidak berani menikah. Modal nekad itu berarti yang positif khan?
Salah seorang keponakan sejak sebulan lalu sering berdiskusi tentang memulai bisnis. Meskipun secara pribadi bukan seorang pebisnis murni, dia menganggap saya banyak ilmu yang bisa di share dengannya. Pada awalnya, dia bingung untuk menentukan jenis bisnisnya namun setelah beberapa kali diskusi akhirnya dia memutuskan untuk bisnis kuliner tepatnya Mpek-mpek. Langkah pertama yang saya sarankan adalah menentukan lokasi outlet. Setelah itu membuat diferensiasi mpek-mpek yang dia buat dengan mpek-mpek yang orang lain jualan. Akhirnya dia mendapatkan 'brand' atau merk mpek-mpeknya. Selanjutnya dia mengimpor pembuat mpek-mpek langsung dari Palembang (kebetulan ayahnya berasal dari Palembang) untuk mengajarkan cara membuat mpek-mpek yang uenakkk.
Minggu lalu, dengan persiapan yang serba mepet akhirnya dia membuka outlet Mr. Mpek-Mpek di bilangan kantor Trans TV (letak persisnya saya belum tahu) namun yang sangat surprise adalah penjualan 2 hari pertama....sangat fantastis untuk sebuah outlet yang baru dibuka. Bahkan pada hari kedua, outlet terpaksa tutup karena tidak ada mpek-mpek yang bisa dijual lagi alias laris manisss. Mudah2an outletnya bisa mempertahankan penjualannya dengan baik. Namun keberanian untuk memulai bisnisnya itu yang harus dikasih 2 jempol...bahkan 4 jempol..... :-)
Sementara itu, saya masih berencana terus untuk membuat outlet kue kering. Realisasi rencana-rencana yang sudah dibuat seakan-akan hanya realisasi di atas kertas semata. Terlalu banyak aspek yang dipertimbangkan menjadi kekurangan dalam memutuskan sesuatu (jadi inget presiden...yang banyak sekali pertimbangan hingga akhirnya disebut lamban). Semua kendala-kendala yang diperkirakan akan muncul disimulasi terus. Padahal kalau mau jujur, semua pertimbangan itu bisa jadi ketakutan2 yang ada didalam diri sendiri. Kalau nanti begini....harus gimana yah? Kalau nanti begitu....apa yang harus dilakukan? dst.
Well...Mempertimbangkan segala sesuatu adalah tindakan yang bagus...namun terlalu banyak membuat pertimbangan malah bisa dikatakan NO Action at all...alias Omdo (omong doank). Kebulatan tekad (jadi inget zaman Orde Baru) untuk menjalankan sebuah rencana sangat dibutuhkan untuk men-trigger semua rencana di atas kertas menjadi kenyataan. Urusan Gagal atau berhasil ....bab yang berbeda...yang penting ibarat orang mau pergi ke suatu tempat, dibutuhkan langkah pertama dengan keluar dari rumah khan? urusan sampai di tujuan atau ngga khan beda lagi ??
NE
9 comments:
semoga rencananya segera terealisasi.
Hmmm ...
Saya rasa faktor lokasi berperan sangat penting disini ...
mungkin pula di kiri kanannya belum ada kedai mpek-mpek ... bahkan mungkin belum ada kedai makanan lainnya ...
yang jelas ...
seharunnya bisa balace ... antara perhitungan dan nekat ...
bahasa sononya ...
lakukan ... "Calculated Risk"
Salam saya
mbak susi...terima kasih doanya semoga diijabah sama ALlah
om nh...tul betul betul....gara gara calculated risk...yg ada ngitungggg melulu nih.... hahahahahaha
Jaman sekarang banyak bonek bergentayangan. Nggak cuma suporter bola tapi merambah kemana2...
Caleg juga banyak yang bonek
saya maniak sama pempek pak :)
saya suka mpek2 dan berencana pengen buk lapak juga etapi saya belum punya "bonek" itu :D
Banyak banget yang dipertmbangin :D
Kalau emang udah diperhitungkan secara matang gak usah mikirin ketakutannya lagi dong mas.. langsung bonek aja :)
Semoga apa yang di tulis di kertas segera terealisasi Bang. Soalnya memang untuk memulai usaha itu gampang-gampang susah. Selain hitungan yg matang, niat dan tekad harus bulat :)
Post a Comment