Like fanspagenya SENTILAN

Monday, 9 September 2013

Dewasalah ......

Beberapa hari ini....banyak kejadian-kejadian yang menghiasi berita di media massa cetak maupun media online. Yang paling hangat adalah kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan Tol yang melibatkan 3 mobil dan menewaskan 6 orang dan beberapa orang yang terluka berat termasuk si pengemudi mobil yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Ternyata si pengemudi adalah seorang remaja berusia 13 tahun yang juga merupakan anak dari musisi terkenal. Kita ga usah ngebahas kecelakaan itu namun hendaknya kita dapat memetik hikmah dari kejadian tersebut.

Saya sangat tertarik dengan status salah seorang rekan blogger (pasti udah tahu siapa khan?). Statusnya "
13 tahun , jam 1 malam, 6 orang.
Ya Allah semoga jangan ada lagi ... Mari kita selalu berhati-hati ...
Tidak banyak kata-kata namun sangat bermakna khususnya bagi saya. Saya langsung membayangkan anak saya laki-laki berumur 13 tahun (saat ini baru 12 tahun) keluar malam membawa kendaraan (mobil) pada malam hari tanpa ada orang dewasa yang mendampingi. Status itu tidak menghujat atau menyalahkan siapapun namun justru berdoa supaya jangan ada lagi di masa yang akan datang. Sebagai orang tua, kita tentunya harus terus berhati-hati dalam menjaga buah hati kita.
Keadaan yang berbeda akan kita temukan di kolom-kolom komentar berita-berita yang ada di media online. Dari yang bersimpati dengan kejadian itu hingga sampai yang menyumpahi orang tua si anak tersebut. Saya hanya bisa bersedih karena saya yakin seyakinnya....mana ada sih orang tua yang senang mendapatkan musibah? Ada juga yang mengkait-kaitkan dengan kejadian serupa sewaktu seorang anak pejabat kecelakaan di jalan tol namun mendapat perlakuan 'khusus' hingga akhirnya 'bebas' tanpa pernah ditahan meskipun korbannya ada yang meninggal dunia.

Euforia demokrasi di negeri ini benar2 hebat, hingga dengan bebas mencaci maki orang meskipun orang yang mencaci belum tentu mengenal orang yang dicacinya. Hanya berbekal berita, maka opinipun dijatuhkan kepada yang bersangkutan. Idealnya kalau kita mau memberi komentar ya kudu proporsional lah.

Kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya banyak yang 'melebihi' seharusnya. Semua harus proporsional dan pada tempatnya. Bagi orang tua yang diberi rizqi yang berlebih, biasanya memanjakan anak-anaknya dengan sejumlah fasilitas-fasilitas. Nah ...fasilitas mana yang bisa diberikan hendaknya disesuaikan dengan umur dan karakter si anak. Membelikan kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor dengan tujuan memudahkan si anak dalam sekolah atau kuliah...pasti baik khan? Tapi kalau kita berikan mereka mengendarai sebelum memiliki SIM, apakah salah si anak?? Oh...tentunya ini mutlak salah orang tua yang mengizinkan. Lain halnya apabila si anak 'mengendarai' kendaraan tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Di daerah pinggiran Jakarta, banyak sekali kita jumpai...anak-anak yang pakai motor berseliweran di jalan. Saya yakin banget kalau mereka itu ga punya SIM apalagi kalau masih pakai seragam SMP. Emang umur 17 tahun masih SMP??...kayaknya hanya sedikit sekali deh...rata2 umur maksimal SMP itu 15 atau 16 tahun khan? Apapun alasannya, orang tua harus belajar lebih dewasa lagi. Berilah panutan, contoh keteladanan bagi anak-anaknya. Mudah-mudahan dari kejadian itu, semua orang tua dapat menjadi lebih dewasa dalam memberikan fasilitas kepada anak-anaknya. Semua orang yang berpendidikan juga harus dewasa dalam memberikan komentar pedas di kolom komentar berita di media online (atau media sosial) khususnya.

NE


14 comments:

imelda said...

Kalau saya sih mas...
peraturan itu harus didukung SEMUA, baik orang tua maupun si anak. Begitu melanggar, resikonya besar sekali.

Saya juga punya anak lelaki mas, karena itu saya tidak mau komentar bahkan menyalahi siapapun. Hukuman atau beban mereka sudah berat kok, paling tidak di mata Tuhan karena sudah banyak korbannya.

Kami yang di LN cuma bisa prihatin (yang sesungguhnya, bukan di mulut saja) dan urut dada saja melihat "kekacauan" di tanah air. Baik tentang anak usia 13 tahun ini dan tentang kasus "sasi-sasi" yang marak itu.

Kasihan :(

nh18 said...

Saya berusaha jujur ...
ada sedikit geram juga dengan orang tua anak tersebut ... (*terlebih statement-statementnya yang selama ini kontroversial)

namun ya itu tadi ...
semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari semua ini ...

Salam saya

Idah Ceris said...

Itu lho, Jam 1 dini hari, Pak. Masih dijalan raya. Istighfar.

Musibah seperti di atas menjadi catatan penting untuk orang tua khususnya ya, Pak.

Miriis sekali. . .

Lyliana Thia said...

Saya setuju dgn Pak Necky, ini utk bahan introspeksi kita semua ya Pak..

Yg sy heran, setelah kejadian ini masih banyak sy lihat di jalan raya anak2 usia SMP mengendarai motor, tanpa helm pula..

Sy ngebayangin di rumah mgkn orangtuanya sedang heboh nonton musibah Ahmad Dhani, atau mgkn ikut menyumpahi..

Wallahu'alam..

Keke Naima said...

sy juga pernah nulis 3 postingan :

1. Ttg keprihatinan sy, dikomplek sy byk anak dibawah umur yg bersliweran dg motor. Deg2an dan bikin ngeri, krn mereka cenderung sradak-sruduk

2. keprihatinan ttg bebasnya berpendapat sp lebih byk yg semangat mencaci-maki tersangka. Tp lupa untuk mengucapkan turut berduka cita dan mendo'akan para korban.

3. keprihatin kl kita berkomentar masih ada yg berdasarkan "siapa" bukan "kenapa". Contohnya, ada seseorang di social media wkt kasus tabrakan anak menteri itu, mencaci maki. Tp pas kejadian yg ini, membela2 pelaku dengan bahasa yg sangat bijak. Kemudian ada yg tanya, knp sikapnya beda pdhl kasusnya mirip?

Semoga kita bs lebih berhati2 lagi dlm mengomentari sesuatu, ya, Pak

niee said...

Orangtuanya pasti udah stress dengan kondisi anaknya ya, ditambah dengan komentar orang luar kasian juga.

NECKY said...

mbak em....mahal banget pelajaran yang harus diambil oleh orang tua si pengemudi....sesungguhnya pengalaman itu bukan guru yang berharga tapi guru yang bikin kita nyesek hehehe

NECKY said...

mungkin om enha, si ortu itu diingatkan sama Yang MAHA KUASA kalau si atas langit itu ada langit. Bentuk teguran bisa macam2 rupanya.

NECKY said...

mbak idah...beruntungnya saya karena seumur itu masih suka melek jam segitu meskipun cuma nongkrong makan roti bakar deket rumah hehehehe

NECKY said...

mbak thia.... sayangnya orang tua yang tidk padatempatnya justru malah membuat keadaan malah menjadi runyam. Kasih izin anak2 memberikan barang yang belum cukup usianya sama aja menjerumuskan mereka

NECKY said...

bolak balik sama diskusi sama anak2 saya, tentang bahayanya orang2 yang belum cukup umur bawa kendaraan. Mungkin secara skill mereka udh bisa, namun secara mental sebenarnya banyak dari mereka yg belum siap membawa kendaraan di jalanan. Ada yg ngebut sedikit aja bawaanya mau negladenin... ;-)

NECKY said...

bukannya mau menyalahkan siapa2, yang namanya anak2 itu harus butuh 'sentuhan' ibu. Kalau sampai ada anak2 yang kurang sentuhan 'ibu'nya menurut artikel yg pernah gw baca ketenangan jiwanya menjadi labil....

Sukadi said...

Diluar konteks benar salah, masing-masing orang tua tentunya punya sudut pandang tersendiri dalam mendidik anak-anak mereka. Terkadang orang tua pun dihadapkan pada pilihan sulit dan situasi yang abu-abu saat harus mendidik dan memberikan "yang terbaik" untuk anak-anak mereka.

NECKY said...

Pak sukadi....pastilah setiap orang tua memiliki alasan masing2. Yang terpenting kita sbg orang tua adalah mempersiapkan mereka untuk mandiri dan berkompetisi di dunia kerja ya pak.... :-)