Gara-gara postingan om enha tentang anjlok, saya jadi ingat pengalaman beberapa waktu lalu saaat menggunakan lift dan kemudian anjlok. Ceritanya sih seperti biasa pada saat jam makan siang pastinya lift itu khan ramai dan padat. Lift di kantor saya dibagi menjadi lower level (hingga lantai 16) dan higher level (lantai16-26). Saya sendiri berkantor di lantai 18.
Seingat saya saat itu jam menunjukkan jam 12 kurang sedikit (pasti ada yang nanya belum jam 12 koq udh siap2 makan siang??....berhubung antri lift itu ribet maka dari itu saya dan rombonganpun bergegas untuk turun meskipun kurang dari jam 12. Ketika menunggu lift turun, satu pintu terbuka dan full, kami tidak jadi masuk. Sesaat kemudian ada lift terbuka dan sepertinya semua rombongan bisa masuk ke dalam lift, maka satu persatu kami masuk. Tidak ada alarm yang memperingatkan bahwa lift tersebut over capacity. Lagipula maximum person yang diizinkan adalah sampai dengan 16 orang, sedangkan jumlah orang yang ada di dalam lift 'hanya' 13 orang.
Ketika lift melewati lantai 16 menuju lantai 1, tiba2 indikator lift error. Perasaan semua orang didalam lift langsung sama "koq sepertinya lift ini diam di tempat." Semenit...dua menit...langsung ada yang berinisiatif memencet tombol 'help' dan melaporkan bahwa liftnya error. Kami semuapun mendengarkan suara di speaker kalau dia akan segera melakukan pemeriksaan. 5 menit berlalu, sementara itu orang-orang di dalam lift mulai sedikit gelisah.
Tombol kembali dipencet dan dijawab bahwa lift stuck diantara lantai 16 dan lantai 1 (karena lift kami higher level, maka antara lantai tersebut tidak ada sama sekali pintu. Mau tidak mau lift akan diturunkan secara manual ke lantai basement. Sepuluh menit berlalu, emosi orang-orang yang di dalam lift mulai meningkat karena operator tidak menjelaskan progres pekerjaan yang telah mereka lakukan. Kami semua hanya menunggu info secara pasrah. Hingga menjelang menit ke-15, mereka baru bilang bahwa teknisi sedang menuju top roof untuk menurunkan lift secara manual.Itupun setelah salah seorang dari kami bolak-balik teriak di interkom yang ada di dalam lift.
Saya melihat raut-raut muka di sekeliling saya sudah mulai berubah. Ada yang ngedumel, ada juga yang marah-marah sambil teriak di interkom (tombol pertolongan) ada juga yang diam. Saya termasuk yang mau menghemat oksigen dalam lift dan tenaga dengan berdiam diri saja sebab saya pikir kalau banyak buat gerakan bukannya malah bikin panas lift dan semakin cepat oksigen berkurang. Memasuki menit ke-20, cacian mulai keluar dari mulut temen2 sepenanggungan (baca: terjebak dalam lift) hingga akhirnya saya merasakan sudah mulai ada gerakan di lift yang terjebak ini.
Memasuki menit ke-25, lift sampai ke lantai basement dan kemudian kitapun pindah lagi untuk naik menuju lobby gedung. Semua rencana makan siang bareng menjadi buyar saat keluar dari lift, semuanya berpencar dan lupa akan rencana awal.
Setelah kejadian itu saya selalu menandai lift 'yang bermasalah' tersebut dan kalau mau pakai lift. Namun setelah 2-3 minggu sayapun akhir lupa juga dan ga pernah ingat2 dan milih lift kalau mau ke lantai 18. Pastinya sih, bagi saya kebayang sama orang2 yg punya phobia dalam ruangan tertutup mampu bertahan 25 menit. Alhamdulillah, saya ga punya phobia itu deh...Tips saya sangat sederhana yakni jangan panik dan berusaha untuk tenang agar oksigen di dalam ruangan tidak cepat habis dan kita sendiri bisa sesak nafas karenanya deh.
NE
Seingat saya saat itu jam menunjukkan jam 12 kurang sedikit (pasti ada yang nanya belum jam 12 koq udh siap2 makan siang??....berhubung antri lift itu ribet maka dari itu saya dan rombonganpun bergegas untuk turun meskipun kurang dari jam 12. Ketika menunggu lift turun, satu pintu terbuka dan full, kami tidak jadi masuk. Sesaat kemudian ada lift terbuka dan sepertinya semua rombongan bisa masuk ke dalam lift, maka satu persatu kami masuk. Tidak ada alarm yang memperingatkan bahwa lift tersebut over capacity. Lagipula maximum person yang diizinkan adalah sampai dengan 16 orang, sedangkan jumlah orang yang ada di dalam lift 'hanya' 13 orang.
Ketika lift melewati lantai 16 menuju lantai 1, tiba2 indikator lift error. Perasaan semua orang didalam lift langsung sama "koq sepertinya lift ini diam di tempat." Semenit...dua menit...langsung ada yang berinisiatif memencet tombol 'help' dan melaporkan bahwa liftnya error. Kami semuapun mendengarkan suara di speaker kalau dia akan segera melakukan pemeriksaan. 5 menit berlalu, sementara itu orang-orang di dalam lift mulai sedikit gelisah.
Tombol kembali dipencet dan dijawab bahwa lift stuck diantara lantai 16 dan lantai 1 (karena lift kami higher level, maka antara lantai tersebut tidak ada sama sekali pintu. Mau tidak mau lift akan diturunkan secara manual ke lantai basement. Sepuluh menit berlalu, emosi orang-orang yang di dalam lift mulai meningkat karena operator tidak menjelaskan progres pekerjaan yang telah mereka lakukan. Kami semua hanya menunggu info secara pasrah. Hingga menjelang menit ke-15, mereka baru bilang bahwa teknisi sedang menuju top roof untuk menurunkan lift secara manual.Itupun setelah salah seorang dari kami bolak-balik teriak di interkom yang ada di dalam lift.
Saya melihat raut-raut muka di sekeliling saya sudah mulai berubah. Ada yang ngedumel, ada juga yang marah-marah sambil teriak di interkom (tombol pertolongan) ada juga yang diam. Saya termasuk yang mau menghemat oksigen dalam lift dan tenaga dengan berdiam diri saja sebab saya pikir kalau banyak buat gerakan bukannya malah bikin panas lift dan semakin cepat oksigen berkurang. Memasuki menit ke-20, cacian mulai keluar dari mulut temen2 sepenanggungan (baca: terjebak dalam lift) hingga akhirnya saya merasakan sudah mulai ada gerakan di lift yang terjebak ini.
Memasuki menit ke-25, lift sampai ke lantai basement dan kemudian kitapun pindah lagi untuk naik menuju lobby gedung. Semua rencana makan siang bareng menjadi buyar saat keluar dari lift, semuanya berpencar dan lupa akan rencana awal.
Setelah kejadian itu saya selalu menandai lift 'yang bermasalah' tersebut dan kalau mau pakai lift. Namun setelah 2-3 minggu sayapun akhir lupa juga dan ga pernah ingat2 dan milih lift kalau mau ke lantai 18. Pastinya sih, bagi saya kebayang sama orang2 yg punya phobia dalam ruangan tertutup mampu bertahan 25 menit. Alhamdulillah, saya ga punya phobia itu deh...Tips saya sangat sederhana yakni jangan panik dan berusaha untuk tenang agar oksigen di dalam ruangan tidak cepat habis dan kita sendiri bisa sesak nafas karenanya deh.
NE
37 comments:
yaampun kayaknya jika saya berada diposisinya agan semua saya bakalan nagis deh gan
25 Menit ???
Aaarrrggghhh ... Mumet aku ...
aku pasti mumet ...
Tak terbayangkan ...
Dan memang betul pak ...
solusi terbaik adalah ... jangan banyak gerak ... supaya oksigen bisa dihemat
salam saya Pak
Semoga kita semua tidak mengalaminya lagi
oh, macet ya? Kupikir anjlok beneran. Karena di sini pernah ada kejadian anjlok. Putus talinya, sehingga jatuh. "Hanya" 3 tingkat tapi menewaskan seorang pelajar SMA di dalamnya.
Yang juga mengerikan kalau di Jepang itu berada dalam lift pada saat terjadi gempa. Setelah gempa biasanya listrik mati. Kalau gempanya dasyat? Ya terkurunglah hidup-hidup :(
Semoga jangan ada kejadian yang macem-macem deh dengan lift (karenanya aku mengindari tinggal di apartemen tinggi. lantai 4 saja cukup deh )
obat herbal....masak nangis sih..? nanti semuanya ikutan nangis tuh seisi lift....;-)
om enha...saya sih tadinya mau memperingatkan teman2 untuk tetap tenang...wong teman saya yg ga banyak ngomong mendadak jadi cerewet pas di dalam lift....hehehehe
mbak em, teman saya di lift barang pernah anjlok tapi cuma 2 lantai dan lift tetap tidak jatuh. Untungnya ga ada jatuh korban...tapi penghuninya mengalami shock banget.
waduh Pak Necky.. kalo saya berada di posisi Pak Necky saya ngeri asma saya kambuh karena kekurangan oksigen dan panik.. untung semua baik2 saja ya.. semoga nggak terulang lagi deh Pak.. jd akhirnya nggak makan siang dong Pak? hehehe
mbak thia, masa iya ga jadi makan siang sih!?...rugi donk kalau sampai ga jadi makan siang....cuma ga terlalu semangat aja sih....hehehehe
klo lagi dalam keadaan seperti keliatan aslinya orang2 ya mas
hehehe saya sendiri bingung akan seperti yg mana, diam sj? nangis? marah2? entahlah, semoga saja tidak akan pernah mengalaminya.
Kalo ngamati lorong tempat naik turun lift emang ngeri Mas, curam dan gelap...
Nggak bisa mbayangkan jika anjloknya dari puncak atas
kejadian seperti ini nih yang kadang terbayang kalau harus naik lift untuk satu keperluan, Belum pernah ngalamin sih, tapi suka khawatir duluan. Semoga tidak pernah mengalaminya.
Aarrgghh aku ga mau lagi..
Benneran BAng aku paling ga mau naik lift apalagi yang tertutup,terasa pengap,ya gitu deh parno..
Kalo liftnya yang transparan masih oke,kalo ada apa2 bisa melambai-lambai ke luar..
Lebih baik cari aman pake tangga aja..hiihisekalian olah raga..
Waduh bang...
horor juga ceritanya yaaa...
berasa di film speed gituh...
tapi untung Bang Necky gak panik yah...dan gak jadi parno an juga...
naik tangga aja atuh bang...sekalian olahraga...18 lantai..mudah mudahan gak gempor *udah mulai rese komen nya...hihihi...*
nique...minimal elo bisa prepare dari sekarang khan? siapa tahu tiba2 kekunci di kamar mandi geto lho.... hahahaha
abi...kalau naik lift cari teman aja lah siapa tahu bisa buat teman ngobrol kalau pas kejadian...:-)
pak mars...kalau jatuh 3 lantai aja bisa bikin jatuh korban lho pak...ga usah dari lantai 10
erry...gw udh pernah ngerasain turun 18 lantai waktu pertama-tama baru kerja di gedung ini...rasanya pegel ini ga hilang2 meskipun udh lewat 2 hari...jadi gw mendingan skip aja deh kalau disuruh naik tangga....*wong satu lantai aja naik lift....hihihihi*
kaya di film2 yapak, terjebak lift :) kalau saya sudah keringat dingin pastinya
Mas kalau saya makan siangnya malah sudah selesai waktu istirahatnya..karena kerja saya ngak ada istirahatnya :(
SAya ngebayangin, betapa indahnya kalau korban terjebak elevator pada diam semua. Gak ada satupun yg bicara. Gak ada yang ngedumel. Gak ada yang misuh2. :D
wwow untung saja pabrik saya tempat nguli tidak pake lift. yang ada adalah lorong panjang tiada henti.
Saya paling takut kejebak di lift, apalagi sampe gak ada berita seperti itu
beuh, ngeri amat tuh anjlok.. jangan sampe kejadian siih karena hampir tiap hari pake lift. kalo listrik mati dan kejebak sih pernah dua kali.. dann itu rasanya susaaah!.
tapi gak trauma kalo make lift, lah butuh soalnya.
Saya juga pernah di loft sebuah hotel pas pasca menghadiri sebuah seminar, karena dari awal saya udah ingetin si mbak-mbak yang maksa masuk maka saya omelin dunk mereka, mereka cuma diem saja....beruntunglah hanya beberapa detik saja saat itu...
mbak lidya...asal jangan keringat jagung aja ya mbak..
bli budi....yang penting tetap makan siang yah...kalao ngga bisa sakit tuh...
asop...ga rame jug kali yah kalau semuanya pada diem...trus yg mau teriak di interkom siapa donk...?
bang mandor...gantinya lift ...conveyor belt ya bro?
gaphe...minimal elo bisa ga panik lah kalau tiba2 di situasi seperti ini
tekadang orang2 ga tahu dan ga ngerti kalau kita memaksakan masuk di lift yg penuh memiliki resiko yang besar....
Saleum,
Betul sekali bang, jangan panik. tips yang sangat perlu diperhatikan.
ohya bang necky, aku ada PR nih, mohon ditindak lanjuti ya.
http://cangkirkupi.blogspot.com/2012/01/resolusi-12.html
saleum
yang takutnya itu kalau gak ada respon dari petugasnya yak mas.. utg bisa selamat tanpa kurang apapun deh :)
klo ibu aki juga pernah.. malah kejadiannya mereka.dibukakan pintu dikit kemudian harus turun dengan cara melompat gt.. hmm...
dmilano....oops...ternyata dapet pe er yah? ok langsung menuju tekape deh
niee...mungkin kalau nyangkutnya diantara dua lantai bisa jadi dilakukan hal tsb. Tapi lift yg kita tumpangi terjebak diantara 16 lantai karena ada di easy zone
Pengalaman menakutkan Mas..Konon keaslian sifat kita keluar dikala situasi genting begitu. Kepanikan membuyarkan topeng ramah tamah. Dan begitu juga kebanyakan sifat kita, berhenti kuatir setelah sesuatu berjalan normal kembali. Komentar pertama di blog ini Mas. Salam perkenalan
jural transformasi...selamat datang di blog campur2 ini yah...semoga betah kembali dan kembali lagi...
25 menit? hmmm lama juga ya mas. ini ibarat berdiri pas upacara bendera dong. hihi :) tapi betul juga ya, mesti hemat oksigen. aduh, saya paling nggak tahan kalau di ruang sempit, banyak orangnya. oksigen kurang, bisa pingsan.
krismariana...asli banget pasokan oksigen mulai berkurang banget... untungnya cuma 25 menit...kalau sejam saya rasa udh ada yg pingsan tuh.
Post a Comment