Saat berlebaran kemarin di Bandung saya mendapat pemandangan dan pembelajaran yang menakjubkan. Bagaimana tidak menakjubkan, di usia yang bisa dibilang sepuh saya bertemu dengan dua orang nenek yang sangat semangat mencari nafkah. Yang satu menjual sate ayam dan satunya lagi menjual es lilin.
Ingin rasanya saya mencicipi sate ayam yang sedang dibakar namun perut ini sudah ga muat lagi. Sepupuku cerita bahwa di nenek penjual sate sudah jualan sejak tahun 70an atau 80an. Dan kemarin itu dia berjualan ditemani oleh anak dan cucunya. Sayang banget saya lupa mengabadikan momen ini saking terkesima oleh semangatnya sang nenek yang sedang membakar sate ayam...hmm yummy banget ngeliatnya. Menurut saudaraku tadi si nenek hanya mutar-mutar di kawasan sekitar rumah (daerah Tirtayasa) karena beliau sudah punya pelanggan tetap.
Besoknya saya bernapak tilas bersama beberapa anggota keluarga sebelum kembali ke hotel. Rumah eyang di daerah Haruman (kalau orang Bandung mungkin tahu yah?) yang sekarang sudah menjadi rumah modern dan megah. Kami semua merindukan suasana rumah dulu saat masih sering menginap. Begitu kami beranjak dari sana, kami bertemu dengan seorang nenek yang sedang membawa kotak es krim (di panggul olehnya). Seketika kami menghentikan mobil untuk mengetahui apa yang di jual oleh si nenek. Sebenarnya kami sama sekali tidak niat membeli namun semangat si nenek membuat kami membeli es lilin seharga Rp.1000/potong. Beli 10 potong tapi kami membayar lebih karena hampir semua yang naik mobil mau memberikan uang mereka (berlomba dalam kebaikan ga dilarang khan?). Si nenek sampai mengucapkan terima kasih berkali-kali tapi bukan itu yang kami inginkan. Kami semua seakan malu kalau melihat semangat nenekk tersebut.
Untuk kedua kalinya saya terkesima selama di Bandung hingga lagi-lagi tidak mengabadikan dengan kamera. Mungkin sebagian blogger berpikir ini hanyalah cerita fiktif namun apabila ada yang tinggal di sekitar jalan Haruman, Malabar, dll (nama-nama Gunung) dan bisa bertemu dengan si nenek bisa di fotoin deh. Yang paling bisa kita pelajari adalah, umur seseorang tidak bisa memadamkan semangatnya. Kita yang masih dalam umur produktif harusnya bisa membandingkan semangat mereka dengan kita.
NE
Ingin rasanya saya mencicipi sate ayam yang sedang dibakar namun perut ini sudah ga muat lagi. Sepupuku cerita bahwa di nenek penjual sate sudah jualan sejak tahun 70an atau 80an. Dan kemarin itu dia berjualan ditemani oleh anak dan cucunya. Sayang banget saya lupa mengabadikan momen ini saking terkesima oleh semangatnya sang nenek yang sedang membakar sate ayam...hmm yummy banget ngeliatnya. Menurut saudaraku tadi si nenek hanya mutar-mutar di kawasan sekitar rumah (daerah Tirtayasa) karena beliau sudah punya pelanggan tetap.
Besoknya saya bernapak tilas bersama beberapa anggota keluarga sebelum kembali ke hotel. Rumah eyang di daerah Haruman (kalau orang Bandung mungkin tahu yah?) yang sekarang sudah menjadi rumah modern dan megah. Kami semua merindukan suasana rumah dulu saat masih sering menginap. Begitu kami beranjak dari sana, kami bertemu dengan seorang nenek yang sedang membawa kotak es krim (di panggul olehnya). Seketika kami menghentikan mobil untuk mengetahui apa yang di jual oleh si nenek. Sebenarnya kami sama sekali tidak niat membeli namun semangat si nenek membuat kami membeli es lilin seharga Rp.1000/potong. Beli 10 potong tapi kami membayar lebih karena hampir semua yang naik mobil mau memberikan uang mereka (berlomba dalam kebaikan ga dilarang khan?). Si nenek sampai mengucapkan terima kasih berkali-kali tapi bukan itu yang kami inginkan. Kami semua seakan malu kalau melihat semangat nenekk tersebut.
Untuk kedua kalinya saya terkesima selama di Bandung hingga lagi-lagi tidak mengabadikan dengan kamera. Mungkin sebagian blogger berpikir ini hanyalah cerita fiktif namun apabila ada yang tinggal di sekitar jalan Haruman, Malabar, dll (nama-nama Gunung) dan bisa bertemu dengan si nenek bisa di fotoin deh. Yang paling bisa kita pelajari adalah, umur seseorang tidak bisa memadamkan semangatnya. Kita yang masih dalam umur produktif harusnya bisa membandingkan semangat mereka dengan kita.
NE
48 comments:
tak selamanya mengambil foto itu menjadikan itu bukti. Kadang dgn mengambil foto malah (mungkin) ke dua nenek tersebut merasa dimanfaatkan.
Sama spt kalau aku cerita bhw aku bermain di rumah Ira dan Katon wkt mudik kemarin. Dan tidak ada satu fotopun yang aku ambil. Lebih krn respek pada mereka, dan tidak mau persahabatan kami tergores oleh selembar foto hanya sebagai pembuktian.
EM
ditempatku ada bapak-bapak yang fisiknya kurang sempurna, kalau jalan kayak susah banget, tapi beliau jualan dengan berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, musti belajar dari mereka ya, bahwa usia, fisik belum tentu jadi batasan untuk berusaha dan berkarya :)
Kotak Es Krim ?
Di panggul ?
aaddduuuhhh ...
Saya rasa ... kita semua harus mencontoh mereka ... bukan mencontoh berjualan sate atau es lilinya ... tetapi semangat mereka yang tetap menyala
salam saya Pak Neck
Mbak EM....bener juga, seakan-akan mereka akan menjadi obyek tulisan saya ya? padahal saya hanya meninginkan untuk mencontoh mereka...setuju banget kalau privacy mereka musti kita protect...
tiara...kita2 sudah seharusnya malu sama mereka kalau kita jadi malas2 yah??....hehehehe
om enha...bagaimana kalau om sendiri liat beliau langsung...trenyuh banget jadinya. Kita2 yg ada di mobil sampai menahan haru melihat si nenek... langsung malu sendiri kalau mau mengeluh dengan keadaan sekarang....
komennya Kak EM ada betulnya juga ya, buat pembelajaran aku juga pak supaya lebih respek
sama donk kalau gitu sama saya yah...hehehehe
salut ya sama semangatnya nenek2 yang berjualan itu...
Saya percaya ada dua nenek itu. Pembelajaran hidup. TT__TT
tanpa fotopun, bunda percaya sangat , krn Necky menuliskan dgn niat baik utk memberikan semangat juga pd kita2 semua .
hebat banget si nenek itu ya Necky
( jadi malu kalau mengeluh ...hix..)
salam
bro arman....betul...betul...betul...
kirain bro asop mau jalan2 untuk bertemu dengan nenek2 itu.....hehehehe
alhamdulillah...bunda saya jadi lebih menahan diri untuk mengeluh setelah itu....hehehe
Uhuk, berhasil membuat saya malu hati mas Neck. Semangat ah, masa kalah sama beliau berdua itu ya ;)
Selalu kagum sekaligus kasian sama orang tua seperti itu.. rasanya mereka sekarang pantasnya istirahat dan hanya menikmati hari tua aja ya mas >_<
Begitulah pals, terkadang kita yang muda ini terlalu menyia-nyiakan waktu dan tenaga, padahal semasa muda inilah sebenarnya kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam hal yang berguna
semangat mereka memang harus kita tiru ya Pak.
wiih...semangat2 beliau itu sungguh perlu dicontoh ya.. jadi malu bila kita yg masih kuat ini malas2an bekerja...
*hehe..kita sama2 nulis ttg sate ni pak..*
selalu semngaaaattttt..... foto-nya ga ada ya......
salam persahabatan selalu dr MENONE
orin...hayo tetap kita jaga semangat kita....
niee...kelihatannya koq udah ga pantes yah, tapi sebenarnya hal tersebut membuat hidup mereka menjadi lebih 'hidup' lagi lho...
yadiebaroos...mumpung kita masih punya tenaga yang banyak jangan pernah terlena deh....tetap memberikan manfaat kepada orang2 disekitar kita bro...
ysalma...tentu saja donk...yang muda masa' kalah semangatnya dengan mereka....
mechta...sateeeeee....sateeeee...sateeeee.... hehehe ....kita ga jualan sate khan???
menone...iya bro ga sempat saya foto ....saking terkesima nya lihat mereka...
Kisah dua nenek tersebut sangat inspiratif ya Pak Necky...
Memberi lebih utk 10 es lilin, pasti yg memberi merasa bahagia kan? Gak hanya nenek yg seneng, yg memberi pun jd seneng...
Indahnya berbagi ^_^
Alhamdulillah selalu diberi rasa empati melihat semangat org lain.
Yang lebih menyedihkan skrg banyak org tua yg "memafaatkan" dan "mendidik" anak utk menjadi pengemis. Sosok nenek tersebut patut dicontoh dan diteladani.
Salam kenal..
Melihat hal seperti itu, kadang pikiran saya kembali kepada diri saya sendiri. Bisa dan sangupkah saya seandainya dalam posisi seperti itu ??
Semangat juang tak kenal kata menyerah. Tapi tidak selamanya saya melihat para orang tua yang berjuang seperti itu karena himpitan ekonomi namun karena memang belau-beliau itu senang mengisi hari tuanya untuk hal yang tidak merepotkan keluarganya.
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Terlepas ini fiktif atau bukan tapi yang penting ada makna yang terkandung dalam tulisan ini
PLUR
pengen es lilin jadinya
kadang kasian lihat orang yang sudah tua dan harus berjuang sekeras itu untuk mencari nafkah
bener thia....udah gitu melihat muka si nenek yang sangat berterima kasih membuat orang-orang yang memberi menjadi berkaca-kaca matanya
suka sains...terima kasih udh mampir. Salam kenal juga. Sedih sekali kalau melihat ada orang tua yang mengajarkan anak2nya sebagai pengemis. Saya masih salut dengan anak2 penjual koran....
mas sugeng ...memang bener ada orang tua yang tidak mau merepotkan anak2nya sehingga mereka bekerja deh.....tp biar gimanapun alasannya semangat mereka bener2 ok khan??
riez...thx banget....
julie...es lilinnya enak lho katanya....saya ga bisa makan saat itu karena lagi sakit...
iya, saya juga suka salut sama yang sudah uzur tapi masih smangat cari duitnya. dan bener2 ngerasa ga rugi ngasih lebih :)
nique juga semangat cari duitnya khan?....hahahaha ayo ngaku deh....
Lupa-lupa ingat daerah Malabar dan Haruman itu sebelah mana yah? Tapi namanya mah masih inget. Arah2 Buah Batu atau Cicadas kali ya? Saya hafalnya kalo daerah Pasteur, Pajajaran, Stasiun dan sekitarnya doang.
Saleum
dalam hidup ini memang banyak fakta2 yang unik dan gak jarang membuat kita terkesima, trenyuh dan takterlupakan, sangat beruntunglah jika semua itu bisa kita lihat, sungguh Allah maha kuasa atas semua fenomena didunia ini agar kita senantiasa bersyukur terhadap yang telah kita capai dan miliki sekarang.
saleum dmilano
Cerita yang indah, sebetulnya banyak di sekeliling kita orang yang tetap bekerja sampai tua..mereka kadang hanya memanfaatkan waktu saja, karena tanpa bekerja badan akan terasa sakit. Dengan bekerja, hidup lebih bermakna.....
mbak is....itu sekitar daerah buah batu...termasuk daerah di selatan atau dekat dengan pasar buku murah palasari (lodaya)
dmilano....alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk bersyukur bro...karena banyak sekali diantara kita yang hanya mengeluh dan mengeluh....
bu enny ...betul banget, saya jadi teringat dengan salah satu asisten rumah tangga waktu saya masih kecil. beliau ikut dengan kami sejak saya sebelum sekolah. Ketika anak2nya mulai mapan, mengajak beliau untuk ikut dengannya. Meskipun berat akhirnya beliau ikut sang anak. Namun yang terjadi sering kali beliau main ke rumah dan tanpa disuruh mengerjakan yang biasa dilakukannya. Beliau bilang bosan di rumah anaknya karena tidak diperbolehkan kerja apa2.
Setuju mas...tdk semua lah hrs dibuktikan dengan foto....
yg penting ceritanya ini bermanfaat buat kita2 semua, banyak hikmah dan pelajaran yg hrs kita ambil...
makasih ya mas share-nya....
Eh, saya juga punya saudara yang tinggal di jalan haruman, Necky...saya menyebutnya om Alex (almarhum) dan isterinya saya panggil Nike karena biarpun sudah memiliki banyak cucu tapi tetep cantik ;)
Kisah dua orang nenek yang hebat, inspirasi buat saya agar tak mudah menyerah dalam segala susah :)
mbak devi...alhamdulillah kita masih bisa mengambil manfaatnya ya mbak...
bintang...haruman nomor berapa yah? koq kayaknya pernah denger namanya tuh....:-)
Post a Comment