Like fanspagenya SENTILAN

Sunday, 15 February 2009

Medis Atau Non Medis??

Ketika pertama kali membaca dan mendengar tentang seorang anak kecil bernama Ponari yang dapat mengobati beragam jenis penyakit, saya tidak menganggap suatu hal serius dan perlu untuk diperbincangkan. Sudah banyak berita maupun kabar burung tentang cara pengobatan alternatif dalam menyembuhkan penyakit.

Kita mengenal pengobatan secara medis, dimana faktor logika dan keilmuan menjadi dasar pengobatan dengan dukungan data-data empiris dan telah diuji secara ilmiah. Di samping itu, ada pengobatan secara non medis atau biasa disebut pengobatan alternatif seperti halnya Ponari.

Belakangan fenomena Ponari menjadi perhatian liputan media karena sudah timbul korban jiwa hingga 4 orang. Alih-alih ingin sembuh malah kematian yang menjemput mereka. Ratusan hingga ribuan orang setiap hari mendatangi rumah Ponari dengan asa kesembuhan bagi penyakit mereka bahkan rela berdesakan dan menginap demi mendapatkan celupan batu 'sakti' di wadah air yang mereka bawa dari rumah.

Permasalahan yang mencuat adalah bukan lagi pengobatan secara medis dan non medis, logika dan non logika, dokter dan 'dukun' akan tetapi pada ponari si 'bocah sakti' itu sendiri. Saya sendiri melihat liputan di televisi merasakan kejanggalan dari cara pengobatan yang dilakukan.
Ponari digendong seorang lelaki kemudian dan seorang lelaki lainnya yang memegangi tangan ponari (menggenggam sebuah batu) dan mencelupkan satu persatu ke wadah air. Wajah polos seorang bocah 9 tahun terpancar sangat bersahaja. Namun saya tidak melihat antusiasme apapun di raut muka Ponari.

Saya hanya takut, Ponari hanyalah menjadi korban motif ekonomi yang sengaja di rekayasa oleh pihak-pihak tertentu. Sampai-sampai Kak Seto (KA Komisi Perlindungan Anak) mendatangi Ponari dan berbicara dengannya. Menurutnya, Ponari harus kembali bersekolah seperti halnya anak-anak seumur dengan dia. Ada solusi lain apabila yang diinginkan hanyalah celupan batu sakti. Sediakan wadah air yang besar kemudian dicelupkan batu sakti, kemudian tinggal dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa mengorbankan masa depan Ponari.

Mudah-mudahan saran Kak Seto didengarkan oleh pihak-pihak yang selama ini mendapatkan 'keuntungan' secara ekonomi. Sudah cukup selama 3 minggu, hak-hak Ponari sebagai anak dikembalikan secara utuh. Biarkan dia bermain, biarkan dia belajar, biarkan dia menjadi anak normal...jangan rampas kebebasannya.

No comments: