Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang penganugerahan gelar pahlawan. Kontroversi muncul setelah nama Soeharto masuk sebagai salah satu nominasi penerima gelar tersebut. Banyak yang menilai bahwa beliau tidak pantas menerima gelar tersebut dengan segala macam argumentasinya, namun banyak pula yang berpendapat sebaliknya. Di salah satu radio pernah mengulas tentang jumlah pahlawan yang ada di Indonesia mencapai 184 orang, dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki kurang dari 50 orang.
Di harian surat kabar nasional, pernah membahas masalah pahlawan. Pada sebuah pemerintahan diktator yang berkuasa, seseorang yang menentang kekuasaannya dianggap sebagai pembangkang. Sebaliknya dia dianggap sebagai pahlawan oleh sebagian masyarakat yang membela kepentingannya. Sebagai contoh Soekarno yang merupakan Presiden RI pertama baru diangkat sebagai pahlawan ketika rezim Orde Baru (ORBA) tumbang karena selama rezim ORBA Soekarno dianggap bertanggung jawab pada peristiwa G-30S, hancurnya ekonomi Indonesia, kemiskinan yang merata, dll. Apabila seorang Soeharto juga dianggap bertanggung jawab atas semua tuduhan yang ditujukan kepadanya oleh lawan politiknya selama di berkuasa, dapat dipastikan beliau tidak akan mendapat gelar pahlawan dalam waktu dekat.
Bangsa ini memang jauh dari slogan yang selalu kita dengar selama ini seperti bangsa yang ramah tamah, gotong royong, kekeluargaan, dsb. Perilaku di jalan raya merupakan salah satu pencerminan bentuk karakter setiap orang atau individu di dalamnya. Peraturan lalu lintas menjadi sebuah wacana dan bukan panduan berkendara dengan baik. Motor-motor dengan seenaknya menerobos lampu merah, jalan di jalur yg berlawanan, menyenggol spion-spion mobil tanpa ada usaha sedikitpun minta maaf, bahkan ketika ada pengendara yang ingin mematuhi aturan malah di klakson dan dimarahi.
Bangsa Indonesia sangat membutuhkan pahlawan yang benar-benar bejuang dalam menegakkan aturan dengan TANGAN BESI (kalau memang dibutuhkan). Seseorang yang telah membuat aturan/kebijakan demi kepentingan banyak orang mngkin dapat kita jadikan sosok pahlawan minimal di dalam hati mereka yang merasakan dampak yang positif dari kebijakan tersebut. Sutiyoso bisa dianggap pahlawan oleh pengguna setia busway karena tanpa tangan besinya, busway hanya merupakan sebuah wacana saja. Mungkin aja Fauzi Bowo akan dianggap pahlawan ketika MRT selesai dibangun oleh para penggunannya. Yang pasti setiap orang bisa menjadi pahlawan, minimal dalam lingkungan keluarganya.
Pondok Ranji, Ciputat, 23 Oktober 2010
http://www.sentilan.blogspot.com
4 comments:
Makasih kang dah mampir ke blog saya... Kenapa orang yang sudah tiada baru dijadikan pahlawan ya? :P
Siapapun yang jadi pahlawan yang terpenting mereka punya andil terhadap kemajuan dan kemakmuran bangsa ini. Di indonesia (katanya) sudah punya jutaan pahlawan tanpa tanda jasa...
Setuju, siapapun bisa menjadi pahlawan bagi dirinya, keluarga dan masyaraat sekitar dengan melaksanakan kewajibannya dengan baik.
SALAM KEnal dari KEndari...
setuju kang..
kondisi jalan raya memang kacau, kejadian ke saya sendiri, pengen berhenti pas lampu merah, matiin mesin beberapa saat sebab time red nya masih lama. eh.. malah di hampir di tabrak dari belakang. duh..
indonesia memerlukan pahlawan yang memang bener-bener pahlawan.
Post a Comment