Lama ga bertemu dan ngobrol dengan teman semasa kuliah, kemarin saya berkesempatan bersilahturahmi kembali dengan salah satunya. Waktu dua jam lebih bener2 ga terasa sama sekali, hanya karena saya harus mengejar jadual kereta dan menembus kemacetan di hari Jumat yang bikin terpaksa berpamitan alias undur diri.
Satu persatu kawan-kawan semasa kuliah kita bahas. Kapan terakhir ketemu? apa yang sedang mereka kerjakan kira2 saat ini? Ada yang sudah beruntung secara ekonomi, ada yang tinggal di luar kota bahkan ada yang tinggal di luar negeri. Ada juga yang kurang beruntung secara ekonomi, dan lain sebagainya.
Bahan pembicaraan beralih kepada kondisi bisnis atau ekonomi Indonesia (kebetulan rekan saya punya usaha di negeri sendiri dan negeri jiran alias Malaysia). Dia menggambarkan betapa jelasnya perbedaan antara negeri kita tercinta dengan di sana. Pemerintahnya sangat mendukung setiap kegiatan ekonomi (baca: investasi di negerinya) seperti memberi kemudahan izin2nya, peraturan atau regulasi yang jelas dan membuat perekonomian meningkat dan mensejahterakan rakyatnya. Judulnya sih penegakan hukumnya dilaksanakan dengan baik. Sangat tidak mengherankan apabila salah satu perusahaan asing yang punya basis konsumen di Indonesia dengan mudahnya memutuskan untuk membangun pabrik di sana.
Saya jadi teringat artikel di detik finance yang menyebutkan bahwa orang Indonesia lebih senang menjadi karyawan dibandingkan menjadi pengusaha. Pengalaman saudara saya yang baru saja hendak membuka usaha kecil2an aja udah dihadapkan dengan preman *atas nama organisasi massa tertentu* Mereka mendatangi saudara saya, sudah lapor belum. Tentu saja karena merasa sudah minta izin kepada yang punya lahan, dia menjawab sudah. Ternyata pengalaman teman kuliah saya membuka usaha di ruko juga sering menghadapi pungutan2 liar atau contoh lainnya supir truk barang antar kota yang harus menyisihkan 25% uangnya untuk bayar pungli.
Kembali ke silahturahmi, hari ini saya membaca artikel sharing di FB tentang ada upaya pihak2 tertentu yang tidak ingin kawasan ASEAN bersatu. Malaysia dibuat berseteru dengan Indonesia dengan segala permasalahan dari perbatasan, tki, dsb. Kalau mau jujur, mereka belajar dari kita di tahun 70an dan 80an. Sekarang justru menuai hasil yang baik. Awalnya mereka bersilahturahmi dengan kita dan membawa manfaat silahturahmi di kemudian hari. Ayolah, kita ga usah suka menghujat orang karena kita sendiri tidak lebih baik dari orang yang kita hujat. Mendingan kita banyak2 cari teman daripada cari musuh.
NE
Satu persatu kawan-kawan semasa kuliah kita bahas. Kapan terakhir ketemu? apa yang sedang mereka kerjakan kira2 saat ini? Ada yang sudah beruntung secara ekonomi, ada yang tinggal di luar kota bahkan ada yang tinggal di luar negeri. Ada juga yang kurang beruntung secara ekonomi, dan lain sebagainya.
Bahan pembicaraan beralih kepada kondisi bisnis atau ekonomi Indonesia (kebetulan rekan saya punya usaha di negeri sendiri dan negeri jiran alias Malaysia). Dia menggambarkan betapa jelasnya perbedaan antara negeri kita tercinta dengan di sana. Pemerintahnya sangat mendukung setiap kegiatan ekonomi (baca: investasi di negerinya) seperti memberi kemudahan izin2nya, peraturan atau regulasi yang jelas dan membuat perekonomian meningkat dan mensejahterakan rakyatnya. Judulnya sih penegakan hukumnya dilaksanakan dengan baik. Sangat tidak mengherankan apabila salah satu perusahaan asing yang punya basis konsumen di Indonesia dengan mudahnya memutuskan untuk membangun pabrik di sana.
Saya jadi teringat artikel di detik finance yang menyebutkan bahwa orang Indonesia lebih senang menjadi karyawan dibandingkan menjadi pengusaha. Pengalaman saudara saya yang baru saja hendak membuka usaha kecil2an aja udah dihadapkan dengan preman *atas nama organisasi massa tertentu* Mereka mendatangi saudara saya, sudah lapor belum. Tentu saja karena merasa sudah minta izin kepada yang punya lahan, dia menjawab sudah. Ternyata pengalaman teman kuliah saya membuka usaha di ruko juga sering menghadapi pungutan2 liar atau contoh lainnya supir truk barang antar kota yang harus menyisihkan 25% uangnya untuk bayar pungli.
Kembali ke silahturahmi, hari ini saya membaca artikel sharing di FB tentang ada upaya pihak2 tertentu yang tidak ingin kawasan ASEAN bersatu. Malaysia dibuat berseteru dengan Indonesia dengan segala permasalahan dari perbatasan, tki, dsb. Kalau mau jujur, mereka belajar dari kita di tahun 70an dan 80an. Sekarang justru menuai hasil yang baik. Awalnya mereka bersilahturahmi dengan kita dan membawa manfaat silahturahmi di kemudian hari. Ayolah, kita ga usah suka menghujat orang karena kita sendiri tidak lebih baik dari orang yang kita hujat. Mendingan kita banyak2 cari teman daripada cari musuh.
NE
23 comments:
Eniwei Mas.
Sekarang pun saya mulai merasa bahwa silaturahmi itu tetap perlu. Dan rasanya memang menyenangkan kalau bisa menjaga hati dan suasana agar tidak keruh... marah2 atau hujat2an itu bikin stress.
lebih baik perbanyak silaturahmi drpd ngeributin masalah yg tak berujung ya Pak..
sebenernya pak, teman saya juga ada yg praktek di Malaysia, adem ayem aja tuh disana katanya...
setuju pak, lebih baik mempererat dan memperluas silaturahmi...
ga cape apa ya pada ngributin hal2 yang ga ketemu selesai2nya...
Iya,, orang disana gak ada yang terlalu perduli kok dengan kondisi sekarang, mereka tetep adem ayem aja. hehehe..
setuju banget mas, mending banyak2in temen deh daripada nyari musuh kan :D
zee...emang ga gampang yah menjaga hati tetap untuk tetap istiqomah....
thia...kasihan banget rakyat Indonesia...dari dulu jaman penjajahan dibohongin eh katanya udah merdeka pun masih aja dibohongin....
mabruri...media mainstream yang ada sekarang ini disetir oleh pemilik modal yg sarat dengan kepentingan. Makanya blogger atau media sosial yg bisa melawan media mainstream....
banyakin temen itu sulit, kalau banyakin musuh mah ibarat membalikkan telapak tangan doank....
betul pak kita harus memperbanyak teman, eh punya temen malah pada pergi nih skr :)
Teman kuliah saya di IPB, beberapa dari Malaysia dan masih berhubungan baik sampai sekarang, kebetulan menikah dengan teman kuliah dari Indonesia.
Yahh, harus diakui, saya salut jika orang berani memulai usaha di negara kita, diperlukan usaha ekstra keras......walau sangat menyenangkan. Teman-teman si sulung (alumni UI) banyak yang terjun di bidang wirausaha....semoga makin banyak yang terjun di wirausaha, menciptakan kerja, serta berani menulis sehingga pemerintah akan di dorong untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Dear.
opini yang kritis dan menyengat di beberapa sisi...... gw gak terlalu mau banyak komen mengenai hubungan malaysia dan Indonesia..... karena ampe sekarang gw juga adalah TKI yang udah ampir 4 taon makan ringgit dan menikmati segala fasilitas yang mereka punya... seperti infrastruktur, shopping complex, sarana kesehatan (2 anak gw lahir di hospital malaysia), ketenangan, kenyamanan, berbagai kemudahaan public, etc......... intinyaaa....... ampir 4 taon gw menghabiskan waktu dalam suasanan yang sangat baik dan memberikan impact yang baik buat produktifitas kerja......
gw jadi merasa ragu2 mau bikin bisnis di Indonesia kalo ada pungli, preman, ormas yang liar, gak aman, gak nyaman, deeeleeellleee..
Thank you atas sharing infonyaaa..
Regards.
... Ayah Double Zee ...
lidya...makanya cari temannya lebih banyak lagi
bu enny...bagi teman2 yg sekarang menjadi wira usaha, saya sangat salut dengan mereka karena bisa survive di tengah ketidakpastian yang ada di negeri kita yang tercinta ini bu
wah...selamat pak...ternyata selama ini udh menjadi kontributor cadangan devisa Indonesia... btw ga usah takut untuk berbisnis di Indonesia... hanya dibutuhkan keberanian tingkat tinggi aja koq..
iya dong, pak..mending rajin2 silaturahim, daripada cape2 musuhan, mending baean aja.. *teori sih gampng, tp prakteknya susah :-P
sepakat Necky, satu musuh udah terlalu banyak dibanding 1000 sahabat ya.
lagi pula apa untungnya juga sih, ikut2an menghujat, lebih baik energi utk menghujat itu disalurkan utk peningkatan diri , ya gak sih?
salam
putri jasmine....ayo donk rajin lagi bersilahturahmi welcome back ya di dunia maya
bunda ...mendingan juga hemat energi yah....mis: cari ide untuk nulis....atau buat buku sekalian hehehehe
setuju mas, silaturrahmi itu kudu dijaga, tapi kebanyakan insan lebih mengutamakan egonya sendiri, sehingga sulit untuk mengalah dan ujung2nya rela memutuskan silaturrahmi. Padahal hidup damai itu indah banget yaa....
eh iya, salam kenal yoo...
Tidak ada ruginya jika kita terus menjaga silaturrahim, karena ia akan memperpanjang usia dan melapangkan rezeki, begitu kata Rasulullah..
Saya tunggu silaturrahmi Bang Necky di surau saya, kita main bareng yuk di sana: http://hardivizon.com/2011/10/18/mainan-bocah-contest/
uda vizon....insya Allah saya akan ke TKP ..... langsung deh
alaika...iya bu..kenapa sih orang ga mau hidup dengan damai meskipun hanya sedikit mengalahkan egonya masing2....salam kenal kembali....
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan... bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah kita...
Post a Comment