Tulisan terakhir saya menuliskan tentang PPDB 2020 yang berdasarkan usia. Nah kali ini saya mau cerita kelanjutannya.
Info dari wali kelas Nazif, orang tua murid (OTM) kudu bersiap-siap di depan laptop atau komputer untuk proses pendaftaran secara online. Sebisa mungkin OTM mempersiapkan dokumen yang sekiranya dibutuhkan.
Sebagai informasi... ada 3 kriteria utama yakni usia, waktu pendaftaran dan pilihan sekolah. Maksudnya apabila usia sama maka yang lebih dulu mendaftarkan diri menjadi yang terpilih dan kalau waktunya masih sama juga pilihan sekolah lebih dulu yang diutamakan diterima.
Berbekal info tersebut maka kami (saya dan Nazif) bahu membahu menggunakan laptop dan HP karena login bisa multi user (bisa login di lebih dari satu gadget di waktu yang bersamaan). Nazif pakai laptop dan saya pakai HP.
Saat waktu menunjukkan pukul 8 pagi, kami langsung mulai. Strategi pertama kami input, 3 SMA pilihan utama jurusan IPA dipilih. Dalam waktu 30 menit, nama Nazif pun mental... karena kalah tua...
Dengan cepat kami input lagi 3 pilihan baru di SMA yang berbeda agar bisa masuk dalam kolom penerimaan siswa baru.
Di strategi kedua inipun nama Nazif tidak bertahan lama karena dalam 30 menit selanjutnyapun... nama Nazif kembali hilang atau terlempar lagi. Dengan cepat kami cari lagi SMA yang masuk zonasi untuk kami input ulang pilihan. Untuk ketiga kalinya kami memilih SMA lagi tapi 30 menit kemudian.... namanya kembali tenggelam oleh nama siswa lain yang usianya lebih tua.
Hanya butuh 90 menit, Nazif gugur di jalur penerimaan Zonasi yang berbasis usia. Sementara itu OTM lainnya masih sibuk input sana sini, kami berdua sudah tertawa pedih karena tersingkir .... Kalah TUA.
Dalam perjalanan 3 hari proses pendaftaran jalur zonasi diwarnai dengan kontroversi. Anak-anak kelahiran tahun 2005 hampir tidak ada yang diterima SMAN. Info terbaru dari walikelas bahwa SMPN asal Nazif baru 28 siswa dari total 277 siswa angkatan 2020. Itu artinya baru sekitar 10% yang diterima SMAN.
Informasi terbaru yang kami dapat (semoga tidak benar sih) adalah ada siswa kelulusan 2019 yang mendaftar kembali di PPDB 2020. Nah kalau berita ini benar adanya pantas saja prosentase yang tidak lolos menjadi sangat tinggi.
Di kelas Nazif para juara kelas tidak ada yang diterima. OTM pun menjadi curhat di WAG kelas. Banyak yang tidak terima kondisi seperti ini. Beberapa anaknya mengalami stress ga bisa tidur karena namanya bisa saja terlempar apabila ada yang lebih tua baru mendaftar di akhir akhir waktu pendaftaran.
Sebenarnya masih ada satu jalur lagi yakji jalur prestasi... namun kuota hanya setengah dari kuota zonasi. Kalau membayangkan persaingan 90% dari SMP nya Nazif aja yang belum diterima.... belum lagi dari SMP lainnya.... betapa tingginya persaingan di jalur tersebut... namun Bismillah aja.... kita jalani saja nanti...
Info dari wali kelas Nazif, orang tua murid (OTM) kudu bersiap-siap di depan laptop atau komputer untuk proses pendaftaran secara online. Sebisa mungkin OTM mempersiapkan dokumen yang sekiranya dibutuhkan.
Sebagai informasi... ada 3 kriteria utama yakni usia, waktu pendaftaran dan pilihan sekolah. Maksudnya apabila usia sama maka yang lebih dulu mendaftarkan diri menjadi yang terpilih dan kalau waktunya masih sama juga pilihan sekolah lebih dulu yang diutamakan diterima.
Berbekal info tersebut maka kami (saya dan Nazif) bahu membahu menggunakan laptop dan HP karena login bisa multi user (bisa login di lebih dari satu gadget di waktu yang bersamaan). Nazif pakai laptop dan saya pakai HP.
Saat waktu menunjukkan pukul 8 pagi, kami langsung mulai. Strategi pertama kami input, 3 SMA pilihan utama jurusan IPA dipilih. Dalam waktu 30 menit, nama Nazif pun mental... karena kalah tua...
Dengan cepat kami input lagi 3 pilihan baru di SMA yang berbeda agar bisa masuk dalam kolom penerimaan siswa baru.
Di strategi kedua inipun nama Nazif tidak bertahan lama karena dalam 30 menit selanjutnyapun... nama Nazif kembali hilang atau terlempar lagi. Dengan cepat kami cari lagi SMA yang masuk zonasi untuk kami input ulang pilihan. Untuk ketiga kalinya kami memilih SMA lagi tapi 30 menit kemudian.... namanya kembali tenggelam oleh nama siswa lain yang usianya lebih tua.
Hanya butuh 90 menit, Nazif gugur di jalur penerimaan Zonasi yang berbasis usia. Sementara itu OTM lainnya masih sibuk input sana sini, kami berdua sudah tertawa pedih karena tersingkir .... Kalah TUA.
Dalam perjalanan 3 hari proses pendaftaran jalur zonasi diwarnai dengan kontroversi. Anak-anak kelahiran tahun 2005 hampir tidak ada yang diterima SMAN. Info terbaru dari walikelas bahwa SMPN asal Nazif baru 28 siswa dari total 277 siswa angkatan 2020. Itu artinya baru sekitar 10% yang diterima SMAN.
Informasi terbaru yang kami dapat (semoga tidak benar sih) adalah ada siswa kelulusan 2019 yang mendaftar kembali di PPDB 2020. Nah kalau berita ini benar adanya pantas saja prosentase yang tidak lolos menjadi sangat tinggi.
Di kelas Nazif para juara kelas tidak ada yang diterima. OTM pun menjadi curhat di WAG kelas. Banyak yang tidak terima kondisi seperti ini. Beberapa anaknya mengalami stress ga bisa tidur karena namanya bisa saja terlempar apabila ada yang lebih tua baru mendaftar di akhir akhir waktu pendaftaran.
Sebenarnya masih ada satu jalur lagi yakji jalur prestasi... namun kuota hanya setengah dari kuota zonasi. Kalau membayangkan persaingan 90% dari SMP nya Nazif aja yang belum diterima.... belum lagi dari SMP lainnya.... betapa tingginya persaingan di jalur tersebut... namun Bismillah aja.... kita jalani saja nanti...